Lihat ke Halaman Asli

Tahun Ini, Angka PHK Paling Tinggi Sejak 98

Diperbarui: 13 Oktober 2015   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tahun Ini, Angka PHK Paling Tinggi Sejak '98"][/caption]JAKARTA, JITUNEWS.COM - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan bahwa tahun ini merupakan tahun dengan PHK terbanyak. Pasalnya di era reformasi, tahun 2015 merupakan tahun terbanyak terjadi PHK. Terakhir Indonesia mengalami badai PHK adalah pada saat krisis moneter tahun 1998, dan baru terjadi badai PHK lagi pada tahun ini.

"PHK sebesar itu (700 ribu orang) baru kita alami tahun ini, sejak krisis tahun 1998. Yang kita harus konfirmasi juga, elastisitas pertumbuhan ekonomi kita terhadap penyerapan tenaga kerja tidak lebih dari 200 ribu orang. Kalau ekonomi kita tumbuh di bawah 5% saja kalau dikali 5 kan hanya 1 juta dong, lalu dimana rasionalitas data-data (penyerapan angkatan kerja) tersebut," lanjutnya.

Ia mencurigai berbagai data yang dihadirkan untuk memanipulasi situasi krisis saat ini, pasalnya data yang menyebutkan bahwa saat ini penyerapan angkatan kerja atau pembukaan lapangan kerja baru sebesar 3,1 juta hasil dari pertumbuhan ekonomi sebesar 4,67% ini patut dicurigai. Belum lagi tidak ada data yang benar-benar valid mengenai PHK, data Kemenaker berbeda dengan data yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan.

"Data ini juga harus rasional kan? tadi ada data impor turun drastis, data kredit perbankan turun di bawah 10%, lalu ada capital outflow artinya pemilik modal banyak yang keluar dan juga ada PHK, walaupun surplus (tenaga kerja). Tapi angkatan kerja baru kita kan lebih dari 4 juta orang artinya kalau surplusnya 3,1 juta orang, ya itu kurang sejuta, belum lagi yang keluar tadi kan 700 ribu orang," lanjutnya.

Menurutnya elastisitas pertumbuhan Indonesia sepertinya keliru bila berkata ada 3,1 juta lapangan kerja baru. Pasalnya bila Indonesia pertumbuhan ekonominya tembus 5% saja itu artinya hanya menyediakan 1 juta lapangan pekerjaan baru, karena elastisitanya hanya 200 ribu tenaga kerja untuk setiap 1% pertumbuhan ekonomi.

"Kalau ekonomi kita tumbuh di bawah 5% saja, kalau (200 ribu) kita kali 5 kan hanya 1 juta dong, lalu dimana rasionalitas data-data tersebut? Soal investasi memang betul tumbuh 16% tapi ketika kita melihat pembentukan modal domestik brutto itu kan turun drastis," lanjutnya. (Andi Dwijayanto/Jitunews)

 

Shared by: Social Media | jitunews.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline