(Oleh: Jisa Afta)
~Cuplikan Buku Fiksionasi |
Tahukah Anda bahwa karya yang Anda yakini sebagai karya nonfiksi, bisa jadi gagal menjadi nonfiksi? Atau dengan kata lain, tidak berdasarkan peristiwa dan kenyataan sesungguhnya, dan bisa disebut palsu, tidak nyata atau lebih tepatnya karya nonfiksi itu sebenarnya fiksi atau sebuah khayalan semata.
Ada begitu banyak buku Memoar yang bila Anda telusuri di panduan kurikulum, sekolah atau google sekaligus, termasuk dalam kategori nonfiksi, tapi sebenarnya karya nonfiksi tersebut lebih tepat disebut fiksi atau palsu sebagai Autobiografi, atau karya Memoar Palsu. Karya-karya nonfiksi ini lebih fiksi dari karya Fiksi Murni.
Untuk mempermudah pernyataan tadi, mari kita bedah secara sederhana dengan logika yang paling mudah dipahami. Sudah hal umum kita ketahui bahwa contoh karya nonfiksi antara lain adalah Biografi, Autobiografi dan Memoar.
Jika Anda mengetik di google, tiga bentuk karya tersebut termasuk dalam teks narasi nonfiksi atau karya nonfiksi, sebab katanya tiga karya ini tidak fiksi, karya tersebut mengandung kebenaran dan nyata benar-benar terjadi. Apakah benar begitu?
Apakah semua buku biografi, Autobiografi dan Memoar bisa memenuhi unsur nonfiksi? Disinilah letak seni mencermati nonfiksi.
Ada begitu banyak pembaca yang tidak memahami batasan antara biografi, autobiografi dan memoar.
Subjektivitas Biografi, Autobiografi dan Memoar
Yang Anda pahami dan semua orang pahami bahwa arti Biografi adalah buku yang ditulis oleh orang lain atau penulis tentang kisah hidup seseorang atau tokoh terkenal atau tokoh tidak terkenal tapi berpengaruh dari sudut pandang penulis.