Konon mendengar saingannya memroduksi boneka, tim sukses Foke tak mau kalah. Mereka pun ingin melakukan hal yang sama. Berbeda dengan boneka Jokowi-Ahok yang muncul atas inisiatif seniman campur sari, Didi Kempot. Boneka ini sejatinya diproduksi murni swadaya rakyat dan sengaja dibiarkan bebas ditiru oleh siapa saja. Namun oleh timses Foke-Nara menurut rapat ring 1 semalam boneka itu diputuskan dijadikan proyek pesanan khusus, harus mewah, jumlahnya banyak, dengan dana tak terbatas. Lalu di pagi harinya, bergeraklah beberapa mobil markas timses dari tengah kota ke sebelah timur Jakarta. Mereka menuju kawasan pabrikan pembuat boneka di daerah Bekasi. Sesampainya di depan gerbang pabrik berloncatlah para penumpang dengan lagak dan gaya sangar masing-masing. Ada yang berpakaian mirip pendekar betawi lengkap dengan golok dan kopiahnya. Bicaranya keras dan nyolot sembari menunjuk-nunjuk satpam yang gemetaran yang mengira pabriknya akan dirazia dan dirusak sampai mangkrak. Tambah lagi ada yang berseragam putih dengan kopiah putih dan yang lain berjenggot dilengkapi jubah dan sorban putih. Penampakannya suci tapi berurat benci. Lengkaplah sudah teror pagi itu. Seluruh petugas keamanan pabrik menjadi takut dan wajahnya memucat persis pegawai yang hendak dipecat. Untungnya ada seorang yang cukup santun yang berbaju biru. Sepertinya ketua rombongan perjalanan. Dengan tutur bahasa halus dia menengahi pembicaraan. Gaya bicaranya formal lengkap dengan gerak tangan seperti orang berdeklamasi. Meminta satpam membuka pintu dan ingin bertemu menejemen pabrik. Para satpam itu lalu jadi tenang, segera membuka pintu gerbang dan memersilakan rombongan bermobil itu menuju kantor menejemen. Si baju biru dengan keberhasilan negosiasi ini lalu tertawa sinis dengan pongahnya kepada teman-temannya. Hanya satu kata yang diucapkannya namun sepertinya membuat para jagoan bergaya tengik itu menunduk dan patuh. Kata ampuh itu adalah: "Lanjutkan !!" Sesampainya di kantor menejemen mereka disambut pegawai termasuk pemiliknya. Rombongan itu mengutarakan maksudnya untuk memesan boneka berkarakter seperti boss jagoan pilkadanya. Pembicaraan itu sedikit terganggu dan tegang karena ada beberapa anggota rombongan menendang boneka-boneka Jokowi-Ahok yang dibuat di pabrik itu sembari mengumpat dengan kata-kata tak pantas.. Ibu pemilik pabrik boneka itu lalu bicara, "Bapak-bapak jangan bikin kami ketakutan. Boneka-boneka itu tidak melakukan kesalahan apapun mengapa ditendang-tendang? Kami membuatnya karena anak-anak kami dan pegawai kami menyukainya. Tak perlu repot mendesain karena contohnya sudah ada dan bebas dibuat karena sengaja tak membutuhkan ijin. Boneka sederhana ini jika sisa akan kami lempar ke toko-toko boneka di Jakarta. Kami membuatnya dengan cinta dan hati meski modal kami sedikit. Bersikap membencinya akan melukai hati kami." Melihat situasi tak bagus itu lagi-lagi si baju biru berusaha menengahi. Dia keluarkan tumpukan uang ratusan ribu dengan dinginnya sembari berkata, "Okelah bu, ini ada uang puluhan juta untuk membeli semua boneka itu. Kami minta semuanya dan mohon untuk tidak membuat boneka itu lagi. Kelebihan uangnya silakan dijadikan modal buat ibu.." Melihat tumpukan uang merah ibu itu akhirnya mengangguk setuju. Namun si jawara betawi menukas si baju baru, "Eh, bos! Ngapain juga kite beli boneka sialan itu. Menuh-menuhin mobil aje. Najis !!" Si baju biru menjawab,"Eh, coy. Elu pake otak dikit napah.. Boneka-boneka itu gak akan nyampe Jakarta. Kite pulangnya mampir ke Bantar Gebang. Kita selesaikan secara koalisi di sana yah !!" "Bapak-bapak, biasanya para pemesan sudah menyiapkan model sampelnya. Atau bagian desain kami membuat contohnya berulang kali hingga disetujui jadi desain produk. Lah, ini bapak-bapak ingin segera bikin tanpa membawa contoh. Sedang bagian desain kami sedang pulang kampung. Gimana yah?", tukas ibu itu dengan nada khawatir.. "Wah, kami datang bukan untuk kalah dan tangan hampa bu. Pokoknya dibikin aja yang persis karakter kedua bos kami. Jangan khawatir, uang kami tak berseri. Kami sediakan uangnya berapapun juga asal boneka itu segera jadi !!", ucap si baju biru sedikit memaksa sembari mengeluarkan lagi setumpuk uang dari tas yang lain. Menyadari ibu pemilik tempat kerjanya kesulitan, Bu Yayuk, ketua serikat buruh pabrik boneka itu mencoba menolong. Dia meminta waktu bicara kepada ibu pemilik agar bisa bicara kepada ketua rombongan. Setelah dipersilakan, dia berkata, "Bapak-bapak, sebenarnya kalau menginginkan boneka yang pas kami para karyawan pabrik ini pernah mencoba memadu-padankan pasangan bos yang anda maksud. Di sini memang banyak contoh. Tapi sebenarnya yang paling bagus adalah karakter boneka dari Jerman yang dipasangkan dengan boneka dari Jawa Tengah." Lalu bu Yayuk pamit sebentar ke ruang produksi untuk mengambil kedua boneka yang dia maksud. [caption id="attachment_200336" align="alignnone" width="630" caption="Boneka Hitler"]
[/caption] Tak seberapa lama, ruangan kantor itu jadi gegap gempita. Ketika Bu Yayuk menunjukkan 2 boneka itu maka para tetamu berceloteh dan berteriak seperti kebiasaan aslinya. "Ane suka, ane demen. Nih, boneka persis banget bos gue !!", ujar si jagoan betawi sembari merebut boneka itu lalu menciumi keduanya. Si peci putih dan yang memakai sorban berulang kali mengucapkan alhamdulillah seperti orang yang baru memeroleh berkah. Rombongan yang lain manggut-manggut dan si baju biru dengan muka tengiknya tertawa terbahak-bahak. Senang karena telah merasa menang. Bu Yayuk masih menambahi, "Tapi boneka ini masih belum selesai loh Pak. Kostumnya masih belum pas untuk kepentingan bapak. Bagaimana kalau kedua boneka ini akan kami pakaikan baju betawi, sarung dan peci." Dia lalu mengeluarkan dari kotak tas produk itu kostum yang dimaksud. Dengan sigap, srat-sret, Bu Yayuk menyulap kedua boneka itu jadi berseragam. Sekejap ruangan itu kembali norak dengan gegap yang membahana. Teriakan kagum dan tunjukan jempol saling silih berganti. Akhirnya pertemuan itu berakhir sukses. Rombongan timses mengontrak pabrik itu membuat ribuan pasang boneka berkarakter bos mereka buat pilkada putaran terakhir besok. Pemilik pabrik itu senang karena menerima pesanan banyak dengan uang muka besar dan jaminan lancar bayar. Rombongan itu juga segera pulang dengan muka seringai senang. Dengan membawa beberapa karung boneka Jokowi-Ahok yang akan dikoalisikan di Bantar Gebang untuk dibuang serta sepasang boneka betawi yang jadi kesayangan. Setelah suasana menjadi reda dan sepi. Ibu pemilik pabrik itu berkata kepada Ibu Endang, "Endang, terima kasih ya. Kamu menyelamatkan pabrik ini. Ini kontrak terbesar yang pernah ibu terima. Tentu ada bonus khusus untukmu dan semua pegawai karena mesti kerja lembur memenuhi pesanan mereka.. Eh, ngomong-omong 2 boneka itu yah yang kamu kasih buat mereka. Padahal di pabrik ini kan jadi bahan olok-olokan?" Jawab bu Endang, "Iya to bu. Saya beranikan nyodorin karakter itu daripada pusing. Boneka Hitler yang dari Jerman dan boneka Bagong dari Jawa itu memang mirip dengan kedua bos mereka sih hihihi.." Lalu kedua perempuan itu tertawa terbahak-bahak sambil berpelukan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H