Lihat ke Halaman Asli

Ali

Bekasi

Dua Juta Dolar

Diperbarui: 9 Januari 2022   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Omar Flores on Unsplash 

Setelah hampir dua puluh tahun berpisah, kami bertemu lagi di Indomaret, waktu itu saya baru akan ke kasir saat mendengar seseorang memanggil nama saya,

"Supri!"

Saya menoleh ke belakang dan melihat teman SMA saya sedang membawa satu kaleng minuman. Saya masih ingat betul namanya. Saya juga masih ingat BMW merah, Jeep atau Mazda-nya yang dipakainya bergantian ke sekolah, yang diparkir dekat ruang koperasi, di bawah pohon beringin yang rindang, sampai semua orang di sekolah paham bahwa, tempat itu dikhususkan untuk parkir mobilnya.

"Bobby?" sahut saya pura-pura lupa, supaya lebih seperti kejutan, terlebih dengan penampilan Bobby yang terlihat keren; dengan jam tangan Rolex-nya, sepatu sneaker edisi terbatas, kaos bertuliskan huruf LV besar.

Kami pun bersalaman. Jabatan tangannya mantap seperti jabatan tangan orang sukses. Sekilas matanya melirik barang-barang di dalam keranjang belanja saya, yang berisi tepung terigu, minyak goreng, roti, susu, popok, makanan kucing.

"Tunggu sebentar," kata Bobby pergi ke lemari es, dan kembali dengan satu kaleng minuman lagi. "Biar aku yang bayar." Ia menunjuk belanjaan saya.

Tentu saja saya tidak menolaknya, seperti pepatah bilang, jangan menolak kebaikan orang lain. Saya kemudian menaruh barang belanjaan saya di meja kasir, Bobby menaruh dua kaleng minuman di sebelahnya, lalu kasir menghitungnya, dan Bobby membayar semuanya dengan kartu debit-nya. Bobby memang seperti itu sejak SMA, suka mentraktir teman-temannya. Saya ingat pernah ditraktirnya tiga atau empat kali, yang saya pikir ia sedang menunjukkan kedermawanannya di hadapan teman-temannya. Sekalipun begitu, saya tidak malu diperlakukan demikian. Traktiran Bobby sangat berarti saat itu.

"Lagi nggak sibuk, kan?"

Saya menggeleng kepala.

"Bagus. Kita duduk dulu, ngobrol-ngobrol sebentar. Sekalian nunggu mobilku diservis." Ia menunjuk bengkel di seberang jalan, atau lebih tepatnya menunjuk sebuah Mercedes Benz putih. Kemudian kami berjalan ke luar dan duduk di kursi besi di teras mini market. Bobby membuka kaleng minumannya dan berkata, "Ayo, diminum."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline