Dunia anak adalah dunia yang penuh imajinasi. Imajinasi mereka masih polos, jujur, dan kadang membuat kita geleng-geleng kepala. Seperti ketika keponakan saya, Abby (4 th), sedang bermain dengan temannya. Maminya sedang memasak di dapur ketika mereka berdua di depan TV bermain dengan bahasa anak-anaknya yang masih absurd. Tiba-tiba Arjuna, teman Abby, mengangkat bantal, meletakkan di pundak, dan berjalan menuju sepeda. ''Eh, Arjuna ngapain?'' tanya mami Abby. ''Panen gabah,'' jawab Arjuna dengan tampang innocent. Maminya terdiam sedetik lalu tertawa berderai-derai. Apa coba yang dibicarakan dua anak ini sampai tahu-tahu ada adegan panen gabah?
Kali lain, Abby berteriak memanggil-manggil saya yang sedang di kamar menyuruh keluar. ''Tante...tante....lihat!'' Saat keluar kamar, saya mendapati Abby sedang memakai celana dalam di atas kepala. Dua matanya yang jenaka berada di antara lubang celana dalam. ''Nggak boleh By pakai celana di kepala,'' kata saya. ''Boleh! Ini topeng Spiderman,'' katanya tersenyum lebar. Sontak saya tertawa terbahak-bahak. Topeng Spiderman yang bermata bulat besar disederhanakan Abby dalam konsep 'celana di kepala'. Olala...ya...ya...ya... Ternyata berkhayal bukan sekadar permainan anak. Khayalan menjadi cara yang baik untuk mengantarkan anak menjadi pemikir kreatif. Mungkin kita sesekali perlu meniru cara anak-anak agar lebih kreatif. Berfikir sederhana dan jangan terkungkung logika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H