Lihat ke Halaman Asli

Buku "Rasulullah dan Science" karya Yusuf Qardhawi

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14331340601667542438

"Apakah Ilmu dan Iman itu bersebrangan ?"

"Apakah Islam mengkebiri Ilmu Pengetahuan (Science) ?"

"Apakah Rasulullah juga belajar Ilmu Pengetahuan ?"

Buku Rasulullah dan Science ini merupakan salah satu buku terbaik karya Syekh Yusuf Qardhawi. Seorang Ulama besar asal mesir yang telah dikenal luas di berbagai belahan dunia. Di dalam Buku ini, Qardhawi memberikan penalaran awal bahwa sesungguhnya ilmu merupakan kebutuhan yang pertama lagi utama bagi seorang muslim. Islam sebagai agama tidak pernah dan tidak akan mengkebiri Ilmu pengetahuan. Islam justru mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan dengan menganjurkan seluruh umat muslim untuk menuntut ilmu. Dan proses menuntut ilmu tidak selesai pada saat orang tersebut telah memiliki ilmu, kala sudah penuh kepala dan hatinya dengan berbagai ilmu, seorang muslim juga didorong untuk berbagai kesesamanya dan menjadikannya bermanfaat.

"Ilmu merupakan landasan ibadah, tanpa ilmu, ibadah yang dilakukan akan rentan dengan kesesatan" Syekh Yusuf Qardhawi

Syekh Yusuf Qardhawi memisahkan penjabaran mengenai ilmu pengetahuan kedalam tiga kelompok besar, yaitu Keutamaan Ilmu, belajar, dan Pengajaran. Pada kelompok pertama, yaitu keutamaan ilmu, beliau menjabarkan dengan sangat runtut. “Bagaimana ilmu seharusnya diperlakukan ?” jika kita merujuk kepada prilaku Rasulullah (As Sunnah). Seorang Ilmuwan atau ahlil ilmi merupakan seseorang yang sangat ditinggikan oleh Allah dan Rasul-Nya.   Amal (tindak tanduk seseorang-pen) seseorang tidak akan sempurna apabila tidak dilandasi oleh ilmu. Karena amal yang tidak dilandasi oleh ilmu sangat erat dengat kesesatan. Penjabaran akan pentingnya ilmu yang terdapat dalam bagian ketiga, yaitu “Kedudukan Ilmu dan Ulama”, seakan menjadi jembatan bagi pembaca untuk masuk kebagian yang kedua yaitu Belajar, yang terdapat pada Bagian Empat “Belajar dan Etikanya”.

Belajar atau menuntut ilmu sesungguhnya dapat dikatakan sebagai sebuah konsekuensi logis ketika seseorang merasakan hakekat keutamaan ilmu. Sebagai seorang manusia, kita perlu menyadari bahwa kehadiran ilmu memerlukan usaha atau ikhtiar untuk mendapatkannya. Apabila ilmu diibaratkan sebagai cahaya matahari yang bersinar cerah menyinari seluruh bumi, maka sebagai seorang penuntut ilmu, kita patut untuk keluar dari gua kebodohan agar dapat merasakan hangatnya cahaya matahari ilmu. Tetapi, meskipun buku “Rasulullah dan Science” ini memberikan penekanan yang teramat sangat akan pentingnya menuntut ilmu, Syekh Yusuf Qardhawi sebagai seorang penulis, tidak menjadikan proses menuntut ilmu sebagai sebuah kegiatan yang harus dipaksakan. Beliau tidak menyamarakatakan kebutuhan tiap orang akan keilmuan atau mewajibkan setiap orang untuk mempelajari seluruh ilmu yang ada. Setiap manusia memiliki kebutuhan dan kewajiban yang berbeda – beda, maka dari itu, ilmu yang dibutuhkannya pun berbeda – beda. “Para salaf menasiahati pedagang yang masuk pasar agar memahami hukum jual beli dan etika pergaulan, hal itu dimaksudkan agar dapat meluruskan dan menunjukan. Mereka juga menasehati orang yang memegang kekuasaan dan tampuk kepemimpinan agar membekali dirinya dengan ilmu yang sesuai dengan kedudukannya yang dapat menerangi jalannya pelaksanaan tugas.” (Rasulullah dan Science – Halaman 35)

Setelah seorang memiliki ilmu, bukan berarti segalanya telah selesai. Seseorang yang paham atas suatu ilmu, juga didorong untuk menyebarkan ilmu dan menjadikannya bermanfaat. Sudah menjadi tabiat dari ilmu, semakin banyak ilmu dibagi, maka justru akan semakin bertambah pemahaman yang didapat oleh  si pembagi ilmu. Boleh jadi, disinilah salah satu dari sekian banyak keindahan yang di dalam Islam. Seorang muslim, senantiasa didorong untuk mencari ilmu yang baik, dengan cara yang baik, serta menyebarkannya pula dengan tata cara terbaik. Syekh Yusuf Qardhawi dalam buku ini mengutip sebuah hadits yang begitu indah prihal betapa Allah memuji manusia yang mengajarkan kebaikan pada sesamanya. “Sesungguhnya Allah, para malaikat, para penghuni langit dan bumi sampai semut yang ada dalam lubang dan ikan – ikan
(yang ada dalam air) selalu menyampaikan shalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan terhadap manusia” (HR. Tirmidzi dari hadits Abu Umamah, hadits hasan)”
(Rasulullah dan Science – Halaman 199)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline