Kehilangan dua pemain kunci rupanya tidak menyurutkan keperkasaan tim Garuda Muda. Dan juga kelebihan fisik maupun kematangan umur tak juga jaminan bagi Australia untuk bisa menundukkan tim yang lebih muda, Indonesia U-23.
Garuda Muda menghidupkan kembali harapan untuk lolos perempat final kejuaraan sepak bola U-23 Konfederasi Asia (AFC) tahun 2024 ketika di pertandingan lanjutan Grup A mampu menundukkan "The Socceroos" Australia di Stadion Abdullah bin Khalifa di Doha, Qatar, Kamis (18.04,2024) malam 1-0 (1-0).
Kalau dilihat dari kondisi fisik, Australia terlihat pemainnya lebih jangkung-jangkung. Bahkan pemain naturalisasi Australia, Mohamed Toure (20) tahun tingginya nggak kira-kira, 1,86 meter pada usia semuda itu. Toure, salah satu bintang lapangan Australia U-23, bahkan gagal ketika mengeksekusi penalti di gawang Ernando Ari di tengah babak pertama (menit 23) akibat handsball pemain Borneo FC Komang Teguh. Ernando Ari berhasil mengantisipasi tendangan Toure, dan menepis ke luar lapangan pertandingan.
Toure adalah pemain pengungsi Liberia namun lahir di kamp pengungsi di Papua Nugini (26 Maret 2004), dia pemain profesional yang dipinjam dari klub Perancis Reims dan bermain untuk liga divisi dua Perancis, Paris FC. Toure pula yang beberapa kali mengancam gawang Ernando, termasuk salah satu tendangannya yang membentur atas gawang.
Indonesia di Piala AFC U-23 di Qatar kali ini merupakan tim termuda, dengan rata-rata pemainnya kelahiran 1999,19. Sedangkan Australia rata-rata kelahiran 1996,42. Rerata ketinggian tubuh, Australia 180-an, di atas fisik relatif pemain Indonesia seperti Jim Kelly Sroyer (168), Witan Suleman (170), juga Komang Teguh (176) pencetak gol tunggal di gawang Australia di injury time menit 45.
Rasa Singkong dan Keju
Permainan Australia maupun Indonesia pada pertandingan Kamis malam itu cantik amat. Indonesia menggebrak sejak awal babak pertama, dengan beberapa ancaman peluang termasuk tendangan sedikit melenceng dari gawang berasal dari penyerang tengah Rafael Struick asal ADO Den Haag, Belanda. Namun di babak-babak akhir, Garuda Muda terus dikurung serangan melebar tim asuhan Antony Vidmar. Namun Indonesia juga cantik dengan serangan-serangan balik, yang menampilkan kombinasi permainan Eropa dan Asia. Ibarat rasa "singkong dan keju".
Salah satu bintang lapangan malam itu tentu saja adalah kiper Persebaya Surabaya, Ernando Ari. Tidak hanya aksi penyelamatan atas penalti Mohamed Toure. Akan tetapi juga beberapa tendangan ke arah gawang yang mampu ditepis atau dibekapnya. Serangan melebar Australia, nampak sangat merepotkan pertahanan Indonesia, terutama di paruh kedua pertandingan.
Kondisi tim Indonesia muda sebenarnya tidak baik-baik saja. Lantaran, hari Senin sebelumnya, dijadikan bulan-bulanan tuan rumah Qatar dengan berbagai insiden keputusan wasit Tajikistan Nasrullo Kabirov yang berat sebelah, yang menyebabkan dua pemain andalan Garuda Muda, pengatur serangan dari lapangan tengah Ivar Jenner serta striker Ramadhan Sananta diusir dari lapangan.
Belum lagi 'drama' Justin Hubner, salah satu gelandang pertahanan andal Garuda Muda yang sampai saat-saat terakhir keberangkatan ke Qatar, tidak mendapat izin dari klubnya tempat bermain, Cerezo Osaka Jepang. Namun akhirnya Cerezo memberi izin, dan Justin Hubner berangkat menyusul Garuda Muda di Qatar. Justin Hubner, sempat dimainkan oleh pelatih Shin Tae-Yong di menit 72 ketika Garuda Muda melawan The Socceroos di Stadion Abdullah Khalifa di Doha, Qatar, Kamis malam itu.
Posisi di Klasemen
Setelah terpuruk hari Senin di peringkat paling buncit klasemen sementara Grup A, Garuda Muda pun memperbaiki posisi kini di peringkat kedua di bawah tuan rumah Qatar. Qatar kembali di puncak klasemen, dengan total nilai bulat 6 dengan posisi beda gol (goal difference) 3. Indonesia dengan nilai 3 dengan beda gol -1 (minus satu). Disusul Yordania dengan nilai 1 dan selisih gol -1. Sementara Australia, ganti terpuruk di dasar klasemen Grup A dengan nilai 1 selisih gol -1.