Lihat ke Halaman Asli

Jimmy S Harianto

TERVERIFIKASI

Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Keris Ki Dukun Sumedang dan Kyai Dhukun Cirebon

Diperbarui: 8 Maret 2024   01:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juru Pelihara Museum Geusan Ulun Sumedang Pak Ahmad (alm) di kiri dan David Henkel di Geusan Ulun Sumedang 3 Februari 2014. (Foto Tira Hadiatmojo)

Pertama kali saya tertarik dan mengagumi keris Ki Dukun pusaka Sumedang Larang sekitar tiga belas tahun lalu. Suatu ketika di Bulan April (2012) itu saya dikenalkan dengan Pak Ahmad, Juru Pelihara (Jupel) Museum Geusanulun di Sumedang oleh sobat senior, Hadian Wasita Shaleh dari Bandung.

Dari Pak Ahmad yang kebetulan sepintas mirip wajah Pangeran Sugih, Bupati terkaya Sumedang yang berkuasa dari 1836-1882 (lukisan wajah Pangeran Sugih terpampang di lingkungan kraton Sumedang Larang), saya mendapat berbagai keleluasaan.  Tidak hanya wawancara beliau yang kaya sumber informasi tentang sejarah Sumedang, akan tetapi juga berbagai kemudahan, lain seperti -- boleh melihat 'gedong pusaka' di seberang Museum.

Dan setahun kemudian pak Ahmad melalui stafnya, Bu Ila Gilang Kencana mengundang untuk acara Jamasan pusaka Geusan Ulun. Terjadi di bulan Maulud (2013) Januari. Dalam kesempatan langka itu, saya malah diperkenankan menanting keris paling atraktif dan berwibawa di kraton Sumedang, yakni keris Ki Dukun.

Setelah itu, mungkin ada kalau hanya sepuluh kali saya bolak-balik Jakarta-Sumedang untuk singgah di Museum Geusan Ulun -- yang kini masuk dalam komplek Kraton Sumedang Larang dengan pemimpinnya terkini, Radya Anom Luky Djohari Soemawilaga. Terkadang saya mampir sendirian, berkendara dengan isteri saya ke Museum Geusan Ulun. Dan yang paling sering, membawa teman-teman dari Jakarta untuk "wisata keris" dan tosan aji pusaka kerajaan Sumedang Larang.

Suatu ketika di tahun 2020, pernah pula menghadap Radya Anom dan Ibu Ratu bersilaturahmi, dalam rangka menyelesaikan buku "Melacak Jejak Keris Pasundan" bersama Mas Riyo S Danumurti, penulis yang juga mantan wartawan Tempo, serta mantan Pemimpin Redaksi Indosiar.

Museum Terbaik

Suatu hari Senin (3 Februari 2014), saya kebetulan mengantar sobat yang waktu itu kurator Museum Singapura, David Henkel dari Asian Civilization Museum (ACM) ke museum Geusan Ulun Sumedang, setelah secara maraton mengunjungi Museum (mini) Pancaniti di Kabupaten Indramayu, dan juga Museum Kasepuhan di Kraton Kasepuhan Cirebon.

Sebenarnya hari Senin (3/2/2014) itu Museum Geusan Ulun libur. Tetapi karena ada kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Sumedang, maka museum pun dibuka -- meskipun SBY akhirnya nggak jadi mengunjungi museum tersebut.

Pak Ahmad, yang sejak tahun 1970 menjadi Kepala Museum (Juru Pelihara) dan sekaligus juga tetua pemangku adat, hari Senin itu membuka khusus pintu museum untuk kami berdua. Wah, terima kasih, kata David Henkel. Tentu, tidak lupa, saya geret David untuk menuju etalase tempat keris favorit saya, Ki Dukun bersinggasana. 

Juga tentunya, mencermati maskot-maskot Museum Geusan Ulun lainnya, seperti pedang kerajaan Ki Mastak, pusaka unik "golok keris" Curuk Aul (Telunjuk Hantu), serta mahkota (replika) Bino Kasih lambang kerajaan Pajajaran.

Kisah-kisah pusaka di Museum Geusan Ulun Kraton Sumedang itu memang banyak yang menarik. Dan cuwilan-cuwilan kisah sejarah itu, tertulis (waktu itu) di kertas caption museum yang sungguh, sangat membantu. Akurasi masih harus kroscek lagi, tentunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline