Posisi Indonesia dalam kaitan penggunaan Artificial Intelligence (AI) memang masih di peringkat 46 dari 62 negara di dunia. Akan tetapi melihat penetrasi internetnya, Indonesia sudah mencapai 78 persen penggunanya.
"SIM Card yang terjual sudah lebih dari 300 juta. Smartphone? Sudah lebih 170 juta, dan setiap tahun nambah 30 juta, 30 juta lagi. Artinya bahwa masyarakat Indonesia kini semakin melek dengan Teknologi Informasi," kata Teguh Prasetya, Ketua Bidang IOT, AI dan Big Data (Triota) Mastel, dalam sebuah Diskusi Panel Akhir Tahun 2023 tentang Artificial Intelligence (AI) di Auditorium TVRI, Kamis (21/12/2023).
Teknologi mampu membikin terobosan akan kebuntuan-kebuntuan yang ada di masyarakat saat ini. "Internet menjadi alat untuk menyuarakan segala macam pendapat. Bahkan pemerintah, sekarang kalau dikirimi surat kritik, sama dikritik lewat Sosial Media kupingnya lebih panas lewat Sosial Media," kata Teguh Prasetya, satu dari enam panelis yang dihadirkan siang itu.
Diskusi panel, yang berlangsung sekitar 2,5 jam ini dimoderatori oleh Agus Sudibyo, doktor alumnus STF Driyarkara, Ketua Dewas Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI yang juga Ketua Dewan Pakar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat. Digelar oleh TVRI, bekerja sama dengan Ikatan Alumni Driyarkara (IKAD), diskusi Akhir Tahun ini juga digelar dalam rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) yang digelar 9 Februari 2024 mendatang.
Tema diskusi berkisar soal Artificial Intelligence (AI), teknologi informasi yang mengguncang berbagai negara dalam tahun-tahun terakhir ini, dalam kaitan dengan isu-isu kebebasan, isu Etika, Kemanusiaan dan Keadaban Publik kita.
'Remote Working'
Ketinggalan di bidang infrastruktur AI, tidak menjadi halangan bagi masyarakat Indonesia untuk "melek teknologi". Nyatanya, teknologi AI mewarnai berbagai aspek kehidupan di Indonesia, dari kegiatan Ojek Online, Toko Online, sampai Kursus bersertifikat, kuliah online dan belajar online sampai ke tingkat Sekolah Dasar.
"Infrastruktur AI di Indonesia masih sangat, sangat kurang. Internet Broadband saja, kalau boleh disitir, dari 82 jutaan rumah di Indonesia yang sudah terhubung dengan broadband baru 14 jutaan. Belum kecepatan. Waduh, kecepatan kita peringkatnya masih 100-an di dunia. AI yang relatif jalan, masih sebatas suara. Tetapi untuk analisa data? Masih sangat terbatas," ujar Teguh Prasetya pula.
Infrastruktur masih sangat rendah, akan tetapi Indonesia dikenal memiliki talenta yang banyak. Dan menurut Indri D Saptaningrum, Direktur IPP Atma Jaya Jakarta, Indonesia juga memanfaatkan "emerging technology" yang bernama AI untuk sebuah jenis inovasi baru yang disebut "remote working". Tidak hanya pada saat pandemi saja. Akan tetapi juga sehari-hari.
Ojek Online adalah salah satunya. Dari keterbatasan geografis dan waktu, teknologi informasi dan komunikasi menjadi sangat 'disruptive' karena titik-titik keterbatasan ruang itu kemudian dibongkar.
"Dan ruang baru yang muncul membuka kesempatan tidak hanya satu. Tetapi interaksi yang 'multilayers' diantara 'users' yang memungkinkan manusia menemukan potensi-potensi yang dulu nggak ada," kata Indri D Saptaningrum pula. Model bisnis baru yang dulu tidak ada di zaman analog.