Gol tunggal kapten tim Thailand Teerathon Bunmathan di gawang Vietnam di Leg 2 Final tak hanya membuat timnya sukses meraih gelar back to back juara Piala AFF dengan agregat 3-2. Akan tetapi juga membuktikan bahwa Thailand adalah juara sejati sepak bola Asia Tenggara dengan tujuh kali juara Piala AFF.
Selain andil khusus gelandang bertahan Teerathon Bunmathan dengan gol tunggalnya, juga tangan dingin Pelatih berdarah Jerman-Brasil Alexandre "Mano" Polking pantas disebut sebagai pelatih terbaik AFF. Polking mampu menyulap tim yang tak diperkuat setidaknya tujuh pemain ideal nasionalnya, toh mampu mempertahankan gelar Piala AFF. Dan dan sekaligus juga mencetak rekor yang sulit dilalui oleh tim lain. Yakni tujuh kali juara AFF 2000, 2002, 2004, 2020, 2016, 2020 dan kini 2022.
Memasuki turnamen Piala Mitsubishi Electric AFF 2022 sejak Desember 2022 lalu, Thailand tak bisa mengandalkan pemain terbaik mereka seperti Chanatip Songkrasin (Consadole Sapporo, Charyl Chappuis (Muangthong United). Bahkan tadinya Teerathon Bunmathan (Vissel Kobe), Teerasil Dangda (Sanfreecces Hiroshima) dan Sarach Yooyen (Muangthong United), tak dilepas oleh klub mereka lantaran kompetisi di Jepang masih bergulir saat Piala AFF 2022 bergulir. Demikian juga kompetisi di Thailand. Akan tetapi beruntung, Teerathon Bunmathan, Teerasil Dangda dan Sarach Yooyen berhasil bergabung.
Di Piala AFF 2022 kali ini, Teerasil Dangda menjadi pencetak gol terbanyak dengan total enam gol, bersama pemain Vietnam Nguyen Tien Linh. Sayangnya Teerasil Dangda cedera dan tak diturunkan sama sekali di semifinal Leg 1 di Stadion May Vietnam, maupun Leg 2 di Stadion Thamasat Thailand. Namun tanpa top scorernya, gelandang bertahan Teerathon Bunmatan malah menghasilkan gol penentu, gol tunggal di gawang kiper terbaik Asia Tenggara, Doan Van Lam sehingga Thailand menang agregat 3-2, lantaran di semifinal Leg 1 di kandang Vietnam, keduanya bermain imbang 2-2.
Kepiawaian Mano Polking
Kehebatan pelatih Thailand Mano Polking tidak hanya menorehkan sejarah sebagai pelatih kedua yang mampu mengantar tim Thailand juara dua kali berturut-turut (back to back) setelah Peter Withe (2000, 2002). Tetapi juga kepiawaiannya menyulap tim Thailand dengan materi yang boleh dikata seadanya, pas-pasan menjadi tim juara.
Absennya striker Teerasil Dangda yang cedera di semifinal, tak membuat Mano Polking kehilangan akal. Polking malah memantapkan strategi 3-5-2 dengan dua tombak kembar Adisak Kraisom serta Poramet Arjvirai.
Bahkan kapten tim Teerathon Bunmathan pun ia tugaskan, dari posisi wing back kiri menjadi gelandang bertahan dan sekaligus playmaker tim, jendral lapangan, sehingga menghidupkan serangan-serangan Thailand. Teerathon tak hanya mencetak gol tunggal penentu di Leg 2 Final. Akan tetapi juga, membuat assist setidak nya di enam gol Thailand di AFF kali ini.
Thailand juga nyaris tersingkir di semifinal. Sempat defisit satu gol ketika melawan Malaysia, 0-1 di leg 1 semifinal. Dan kemudian unggul 3-1 di leg 2 semifinal. Sehingga unggul agregat 4-2 dan melaju ke final, tetapi harus kehilangan pencetak gol terbanyaknya, karena di semifinal Teerasil Dangda cedera.
Tampil Memikat di Final
Dan Thailand tanpa Chanatip Songkrasin maupun Teerasil Dangda, ternyata malah menjadi tim dengan penampilan terbaik di Piala AFF 2022 kali ini. Padahal di penyisihan grup A, nyaris saja disingkirkan Indonesia dan ditahan seri 1-1 di Stadion Gelora Bung Karno.