Ketika pukulan passing shot menyilang Ashleigh Barty di sisi forehand Danielle Collins tak tersentuh sama sekali oleh lawannya, Barty pun memekik sekuat tenaga. Aaaaarrghh... Setelah menyalami lawan, Barty pun meletakkan raketnya. Lalu memekik lagi keras-keras.
Barty Sabtu petang (29/1/2022) itu menjadi perempuan Australia pertama dalam 44 tahun terakhir yang mampu mewujudkan mimpi rakyat negerinya jadi juara Australia Open.
Petenis putri terakhir Australia yang mampu tampil sebagai juara di Australia Open adalah Chris O'Neil tahun 1978. Itupun ketika turnamen seri Grand Slam Australia Open masih dilangsungkan di lapangan rumput Kooyong di pinggiran timur Melbourne.
O'Neil yang waktu itu berusia 21 tahun mengalahkan petenis Amerika Serikat, Betty Nagelsen dua set langsung. O'Neil yang kini 69 tahun, ikut menyaksikan kemenangan gemilang Ashleigh Barty.
Ashleigh Barty (25) petenis nomor satu dunia mengakhiri 44 tahun masa paceklik Australia tanpa juara di turnamen tenis kandang sendiri, Australia Open. Barty, Sabtu (29/1/2022) kali ini Barty juga mengalahkan petenis Amerika Serikat, Danielle Collins.
Namun bukan di lapangan rumput Kooyong lagi. Akan tetapi di lapangan plexi pave, lapangan keras sintetik yang berwarna biru di Melbourne Park. Sekaligus Ashleigh Barty menjadi petenis pribumi Australia pertama setelah Evonne Goolagong Cawley yang juga juara Australia Open (Australia Terbuka) pada 1974, 1975, 1976, 1977.
Emosi Barty pun tertumpah. Barty berteriak sekeras-kerasnya, setelah pukulan terobosan terakhir ke sisi forehand Danielle Collins sama sekali tak tertepis. Barty pun mengakhiri angka tie break 7-6 (7-2) setelah lebih dulu ketinggalan jauh, 1-5, menyamakan kedudukan 5-5, dan sempat ketinggalan 5-6 dan toh bisa memaksa lawan dalam pertarungan angka tie break. Set pertama Barty lebih dulu menang 6-3.
"Saya bangga sebagai perempuan asli Ngarigo. Saya sungguh sangat, sangat bangga saya pribumi," kata Ashleigh Barty, disambut sorak-sorati penonton. Barty juga mengungkapkan tentang pelampiasan emosinya, teriak sejadi-jadinya, setelah meraih poin terakhir kemenangannya atas Danielle Collins.
Apalagi ia sempat ketinggalan sedemikian jauh pada set penentu itu. "Saya pikir ini tidak nyata. Sungguh tak tahu apa yang saya harus lakukan, dan saya rasakan. Hanya mengungkapkan emosi.... luar biasa malam ini," kata Barty pula dalam pidato kemenangannya.
Tak seperti ketika ia menjuarai Perancis Terbuka (2019) dan Wimbledon (2021). Waktu itu ekspresi kemenangan Ashleigh Barty terkesan datar, dingin dan biasa-biasa saja. Padahal ia mengulang satu sukses yang pernah dilakukan legenda tenis Australia Margaret Court. Court dia juara Perancis Terbuka 1962, 1964, 1969, 1970, 1973.