Lihat ke Halaman Asli

Jimmy S Harianto

TERVERIFIKASI

Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Mengapa Sinetron Dicaci tapi Tetap Ada?

Diperbarui: 7 Juni 2021   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuplikan sinetron Ikatan Cinta.(Bidik layar YouTube RCTI - Layar Drama Indonesia)

Numpang Kisah Aldebaran

Tontonan saya ketika masih aktif kerja di sebuah media nasional, media besar "K", adalah siaran-siaran berita aktual seperti CNN, atau stasiun televisi berita luar negeri BBC News, dan bahkan TV5 yang khas berbahasa merdu, Perancis, yang mengulas berbagai kejadian paling aktual pada saat itu.

Atau nonton tayangan olahraga, sepak bola, tenis, bulu tangkis yang disiarkan di berbagai stasiun televisi. Tergantung pada event yang lagi hangat saat itu. Saya dulu termasuk pencaci sinetron. Apalagi kisah-kisah FTV dan cerita-cerita hidayah.

Ketika saya sudah pensiun dari semua kegiatan aktif di kantor media -- yang harus selalu up to date dengan perkembangan dunia, termasuk olahraga, dan lebih banyak tinggal di rumah -- saya terus terang saja, mulai lebih banyak bergaul dengan tetangga-tetangga kampung, tetangga-tetangga desa di kampung isteri, nongkrong di ranggon-ranggon (balai-balai bambu beratap di desa saya), dan nongkrong di warung yang memajang televisi di ruang makan warung mereka.

Maka dunia hiburan yang saya tonton pun berubah banyak. Tidak hanya tontonan keras, macem berita dunia, atau filem HBO, Cinemax atau tayangan olahraga sepak bola, tenis, bulu tangkis dan balap mobil F1 dan Moto GP.

Tetapi juga merambah dunia hiburan kelas bawah: mulai nonton FTV yang sering jadi bulan-bulanan analisa "tak mendidik, nggak bermutu" dan bermacam-macam sumpah serapah analisa dakik-dakik teoritis dari "wong-wong pinter". Dan terutama juga saya ikuti drama serial di sinetron-sinetron televisi yang lagi hits.

Saya mencoba menempatkan diri sebagai ibu-ibu rumah tangga dan mencoba memahami, mengapa mereka tetap nonton sinetron dan "tidak peduli dengan analisa dakik-dakik teoritis" berbagai media elit yang menguliti habis kegemaran para ibu-ibu (dan tidak sedikit juga bapak-bapak rumah tangga) yang terus menonton sinetron di televisi-televisi lokal. Judul artikel di harian "K" di atas, coba saya jawab. "Mengapa Sinetron yang Dicaci, Tapi Tetap Ada".

Komunikasi kelas bawah

Ternyata cerita-cerita sinetron yang lagi hits, macam "Ikatan Cinta" (RCTI) yang sungguh sangat ngetop di kalangan ibu-ibu itu, adalah sarana komunikasi yang efektif dengan pengunjung warung makan di kampung, atau ranggon-ranggon di desa. Bilang saja, "Wah, lagi ngikutin kisahnya Al, ya buu....," ibu-ibu di warung, di ranggon desa hampir pasti tersenyum. "Ah, bisa aja bapak...,"

Kisah "Al" atau Aldebaran, tokoh lelaki berkarakter dingin yang diperankan Arya Saloka, dan pasangannya "Andin" atau lengkapnya Andini Kharisma Putri yang diperankan Amanda Manoppo, sungguh menjadi buah bibir dimana-mana di kalangan bawah saat ini.

Bahkan ulasan tayangan dari para ibu di warung dan di ranggon desa itu, tidak kalah seru dari analisa sepak bola di Piala Eropa, atau Piala Dunia, atau Liga Eropa, Liga Inggris.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline