Prof. Oemar Hamalik dalam bukunya perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem, mengangkat sebuah masalah tentang profesi guru. Ia menuliskan bahwa guru-guru dewasa ini merupakan produk dari dua arah pendidikan guru yang menyebabkan tidak semua guru melihat masalah pendidikan dari sudut pendidikan yang sama.
Guru-guru dekade empat puluhan merupakan supplier ilmu pengetahuan berdasarkan disiplin pelajaran. Sebaliknya, guru-guru dewasa ini peran utamanya adalah sebagai pembimbing atau manusia sumber agar murid mampu menolong dirinya sendiri. Kedua kelompok ini memiliki pemikiran yang berbeda.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa guru-guru baru umumnya penuh semangat dan bergairah, tetapi bila mereka berhadapan dengan guru-guru yang masih berpandangan lama, yang dirinya kurang menyenangkan, misalnya menekan, kaku, dan sebagainya, maka mereka akan menjadi tak berani, tanpa dorongan, cemas, dan lain sebagainya.
Guru baru penuh dengan ide-ide baru dan berusaha mempertemukan teknik-teknik baru. Pada teknik baru itu, diperlukan perasaan bebas dan sikap terbuka dari anggota-anggota yang lebih tua agar mereka bebas mendiskusikan dan menguji coba ide-ide baru mereka.
Melihat pandangan yang disampaikan profesor tersebut merupakan hal nyata yang masih dihadapi pendidikan saat ini. Mengapa demikian karena kelompok muda ini kurang diberikan tempat untuk mengembangkan idenya kalaupun ada ide itu tidak akan berkembang dengan baik karena kurang dukungan.
Fenomena ini sebenarnya gampang diatasi namun masih sulit dilaksanakan karena gaya kepemimpinan yang berbeda yang dimiliki oleh masing-masing kepala sekolah dan bagaimana menempatkan orang-orang yang tepat dalam memimpin dilingkungan sekolah.
Hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengambil sebuah kebijakan yang tepat dalam menempatkan pemimpin dilingkungan sekolah tanpa melihat faktor kedekatan baik kekeluargaan hubungan emosional atau transaksional politik tertentu. Tetapi, lewat sebuah proses yang tepat dan profesional hingga menghasilakan sebuah pemimpin yang tepat.
Organisasi sekolah bukan sekedar mencari seorang kepala sekolah tetapi mencari seorang pemimpin yang mampu mengawikan kedua kelompok (guru tua dan muda) tersebut dalam mengembangkan ide atau gagasanya guna memajukan pendidikan yang ada di sekolah masing-masing. Banyak daerah terutama di sekolah-sekolah yang masih berputar pada sistem yang ada, menempatkan orang-orang tidak kompeten, lemah dalam ide maupun gagasan, kurang berani terkesan acuh tak acuh dan bersifat pragmatis.
Itu semua karena ketidakmampuan melihat kebutuhan dan masalah yang dihadapi di sekolah-sekolah. Daerah harus berbenah ketika berbicara kualitas pendidikan terutama dalam menempatkan seorang pemimpin di sekolah. Banyak guru-guru muda yang Pintar, cerdas memiliki banyak ide (idealis), kreatif , kritis tapi tidak mampu digerakan oleh pimpinan sehingga output dari organisasi itu tidak nampak.
Berkacalah pada sekolah-sekolah swasta , klub-klub sepak bola dan lembaga organisasi lainnya yang sedang berbenah. Mereka paham betul sebuah kepemimpinan mengerti manajemen, ketika organisasi itu mengalami kegagalan tidak mampu berkompetisi, tidak menunjukan hasil yang positif maka pemimpin itu yang diganti. Bukan mempertahankan dengan berbagai dalih dan argumentasi.
Pembelajaran abad 21 bersifat kompetitif, kompleks dan dinamis untuk itu sangat diperlukan guru yang mampu berpkir kritis, punya kreatifitas yang tinggi, memiliki kemampuan digital yang baik (melek teknologi) agar mampu bersaing. Semoga masih ada harapan.