Lihat ke Halaman Asli

Jimmy Wijaya

Insan Bangsa

BBM Pulau Obi Tak Lagi Mahal

Diperbarui: 30 Desember 2020   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Obi tampak dari udara (Sumber: andyyahya.com)

Salah satu batu akik yang menjadi incaran para kolektor adalah jenis akik obi. Akik ini menyimpan keunikan tersendiri dibanding batu akik pada umumnya. Pancaran kilau yang tampak elegan membuat obi cukup bersaing di pasar batu akik.

Sesuai dengan namanya, mineral mulia yang menjadi buruan para pehobi batu itu berasal dari Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Pulau yang memiliki sejuta Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah.

Di sektor pertanian, Pulau Obi sebagai penghasil rempah dengan kualitas baik berupa cengkih, pala, juga lada. Sektor pertambangan juga tak kalah hebat. Ada nikel, emas, batubara, semen termasuk minyak bumi. Ini menunjukkan, bagaimana Tuhan menganugerahkan kekayaan alam yang tak ternilai untuk negeri kita tercinta.

Meski sebagai wilayah dengan kekayaan SDA, namun sayang, masyarakat yang mendiami pulau Obi keterbatasan dalam menikmati akses energi yang memadai. Khususnya energi BBM, selain sulit diperoleh, harga premium dan solar juga relatif mahal.

Harga premium di tingkat pengecer berkisar antara Rp 11 -- 12 ribu rupiah. Kelangkaan dan tingginya harga jual di tingkat pengecer berimbas pada harga kebutuhan pokok yang serba mahal. Sumber Katadata menyebutkan, mahalnya BBM membuat tarif angkutan untuk rute Jikotamo ke Anggai mencapai Rp 50 ribu rupiah. Padahal jarak tempuh untuk kedua wilayah tersebut hanya 8 kilometer.

Bahkan, di waktu tertentu harga BBM bisa lebih tinggi lagi hingga Rp 20 ribu per liter karena pasokan terkendala cuaca buruk. Jika musim gelombang laut tinggi, baik nelayan, kapal penumpang termasuk pengangkut BBM tidak melakukan aktivitas pelayaran melintasi perairan Halmahera Selatan. Pertanyaannya, jika masyarakat sudah membeli premium atau solar dengan harga tinggi, bagaimana dengan kebutuhan rumah tangga lainnya? Tentu situasi ini cukup memprihatinkan.

Kendati pasokan BBM telah dioptimalkan Pertamina, namun faktor infrastruktur yang menjadi kendala. Seperti wilayah yang belum tersentuh akses BBM murah, pulau Obi juga belum memiliki infrastruktur penyalur untuk mengakomodir kebutuhan energi masyarakat setempat. Karena tidak alternatif pilihan lain, masyarakat terpaksa membeli BBM dengan harga berlipat kali di penjual eceran yang menggunakan botol atau jeriken.

Menurut tokoh masyarakat pulau Obi, walaupun di pulau itu sudah memiliki SPBU namun kebutuhan energi tetap saja defisit. SPBU yang ada sebelumnya berjarak jauh sehingga masyarakat sulit mencapai BBM di SPBU.

***

Energi Berkeadilan Obi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline