Lihat ke Halaman Asli

Jimmy Haryanto

TERVERIFIKASI

Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Bagaimana Kita Sebaiknya Menghadapi Bencana Alam?

Diperbarui: 4 Januari 2019   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di balik keindahan danau Toba ini ternyata ada potensi besar karena 74 ribu tahun lalu gunung Toba meletus dan dianggap sebagai letusan terbesar di dunia hingga saat ini (dok.pribadi).

Berita yang disampaikan Badan Geologi Kementerian Eenergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bahwa Sekitar 4,5 Juta Warga Terancam Letusan Gunung Berapi dan disiarkan media pada hari Kamis 03 Januari 2019, 17:00 WIB kiranya patut diperhatikan guna mengurangi kerugian yang timbul. 

Saat mengikuti beberapa kali pelatihan menghadapi bencana di Jepang, kita diingatkan bahwa bencana alam itu sesungguhnya tidak bisa diprediksi secara tepat, namun bisa dikurangi dampak negatifnya. Hampir setiap kelurahan di Jepang mengadakan latihan rutin saat ini. 

Kalau benar perkiraan Badan Geologi ini bahwa 4,5 juta orang Indonesia terancam hidupnya karena tinggal di sekitar kawasan gunung api, apa yang bisa dilakukan? Belajar dari pengalaman negara lain yang bisa mengurangi jumlah korban dan kerugian saat terjadi bencana alam, kita di Indonesia perlu mengubah pola hidup agar lebih siap menghadapi bencana.

Sebagaimana kita ketahui bersama sering bencana alam itu sendiri seperti gempa tidak menyebabkan orang meninggal atau membuat kerusakan pada gedung atau materi. Terjadinya korban atau kerusakan misalnya karena tertimpa bangunan berat atau benda lain. 

Masyarakat Indonesia harus bisa lebih bijak dengan menghindari kemungkinan tertimpa benda berat saat terjadi gempa. Agar lemari tidak menimpa kita saat gempa, maka sebaiknya lemari dibuat sampai ke langit-langit dan kalau bisa menempel ke dinding. Cara ini dianggap sangat baik dalam menghindari dampak tertimpa lemari besar yang bisa menimbulkan kematian.

Kita juga perlu membiasakan diri mempunyai perlengkapan darurat berupa tas ransel yang beirisi peralatan dan makanan serta minuman yang bisa digunakan jika terjadi bencana dan belum datang pertolongan. Isinya mislanya senter atau alat penrang, roti dan air minum, obat yang bisa bertahan lama, dan lain-lain. 

Kita tahu bahwa pertolongan pertama sudah makin baik di negeri kita, namun  sebelum pertolongan itu datang, bisa saja orang tidak bisa hidup karena butuh makanan, minuman atau kebutuhan pokok lainnya. Dengan menyiapkan itu dalam satu tas ransel yang jika terjadi bencana langsung dibawa, akan membuat kita lebih siap. 

Saat terjadi bencana, barang berharga juga bisa dimasukkan ke dalam tas ransel tersebut. Sebaiknya dalam tas ransel kita itu ada nama kita yang jelas beserta informasi dasar yang penting. 

Tas ransel ini sebaiknya dimiliki setiap oragng dalam keluarga dan setiap anggota dalam suatu organisasi baik pemerintah, swasta, maupun di tempat lain. Disarankan juga sebelum masa kadaluarsa bahan itu berakhir sebaiknya dikonsumsi agar tidak terbuang percuma. 

Pelatihan dalam menghadapi bencana alam itu sangat penting. Sebagai contoh dalam pelatihan gedung yang terbakar di Tokyo, kita sudah diberitahukan sebelumnya bahwa saat keluar meninggalkan gedung yang sedang terbakar kita tidak boleh berlari dalam keadaan berdiri tegak, karena itu bisa menghirup gas yang membuat kita dalam keadaan bahaya. Kita disarankan untuk berlari sambil menunduk serendah mungkin, karena asap kebakaran itu biasanya bergerak di atas 30 cm dari lantai.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline