Indonesia baru saja menyelenggarakan Trade Expo Indonesia ke-33 tanggal 24-28 Oktober di kawasan BSD, Banten. Presiden Jokowi tidak puas walaupun ekspor Indonesia sudah meningkat tajam 117% tahun 2017 lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Mengapa?
Ekspor Indonesia tahun 2017 memang mencapai AS$168,81 miliar atau sekitar Rp 2.500 triliun. Sebenaranya sudah cukup besar. Namun itu masih di bawah ekspor negara jiran Malaysia yang mencapai AS$216,43 miliar. Demikian juga dengan negara gajah Thailand yang mencapai AS$236,01 miliar.
Bahkan "negara pendatang baru" yang dulu banyak berguru ke Indonesia yakni Vietnam sudah mampu mengekspor AS$254,12 miliar. Negara tetangga yang berpenduduk sekitar lima juta jiwa, Singapura bisa melakukan ekspor hingga AS$373,25, miliar. Ekspor Jepang mencapai AS$698,13 miliar, dan RRT mampu melakukan ekspor sebesar AS$2.271,80 miliar. Negara-negara dengan ekspor besar ini mempunyai strategi dan sinergi yang kuat di dalam negerinya yang menunjang kegiatan ekspornya.
Apa saja yang diekspor Indonesia dan siapa saja yang bisa menaikkan ekspor Indonesia itu? Pada umumnya para pengusaha Indonesia menjual produk pertanian, industri, pertambangan berupa tekstil, elektronik, karet, minyak sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, kopi, nanas, dll.
Bagaimana caranya melakukan ekspor? Perusahaan besar ada yang melakukan kegiatan produksi lalu menjual produk ke luar negeri. Namun ada juga perusahaan yang hanya mencari pembeli di luar negeri dan menjual produk yang dihasilkan perusahaan lain di Indonesia (trading).
Masih bisakah ekspor Indonesia ditingkatkan? Tentu, namun harus tetap dengan menjaga kesinambungan hidup di Indonesia. Artinya tidak boleh mengeksploitasi hasil alam hanya untuk meningkatkan ekspor.
Kita sangat berterima kasih dengan Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti yang berani mengambil langkah berani untuk mencegah dan menindak pencurian ikan di perairan Indonesia. Akibatnya penerimaan negara dari sektor perikanan meningkat pesat.
Sebelumnya sudah menjadi rahasia umum bahwa para nelayan asing merasa bebas mencuri ikan-ikan di Indonesia, namun di zaman Susi banyak kapal asing yang dihancurkan dan itu menimbulkan efek jera yang luar biasa.
Saat ini hasil industri pertanian Indonesia seperti ekspor nanas, pisang, salak, cukup menjanjikan. Seharusnya pemerintah harus bisa menyediakan lahan untuk menopang ekspor produk pertanian ini dengan tetap menjaga kelestarian alam. Tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Kesatu-paduan industri pertanian, dan pemerintah serta masyarakat diperlukan agar ekspor di bidang ini bisa ditingkatkan.
Yang berikutnya hambatan birokrasi untuk melakukan ekspor harus dihilangkan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kegiatan ekspor bisa gagal hanya karena metode pembayaran yang menggunakan sistem Letter of Credit (LC) karena pihak perbankan di Indonesia biasanya baru dapat mencairkan LC antara 3 minggu hingga 40 hari. Sementara di Singapura LC bisa dicairkan dalam waktu satu hari.
Kalau dua hal ini bisa diselesaikan segera, maka bukan mustahil ekspor Indonesia dapat meningkat tajam hingga melewati negara-negar tetangga.