Lihat ke Halaman Asli

Jimmy Haryanto

TERVERIFIKASI

Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Sudah Merdeka tapi Seperti Trotoar

Diperbarui: 17 Agustus 2018   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Ketika tadi kita nyanyikan Lagu Indonesia Raya sambil menghormat bendera meriah putih menuju puncak, sepertinya gambaran nenek moyang berlumuran darah setiap hari selama ratusan tahun muncul ibarat video yang diviralkan.

Tergambar Oom Diponegoro yang gigih berjuang agar masyarakat jangan langsung dibunuh kalau mengatakan pemerintah (penjajah) tidak baik; mungkin seperti yang sering dilakukan Amin Rais saat ini. Tapi Belanda mengelabui Diponegoro dan kemudian dibunuh dengan sadis setelah dipenjarakan secara amat tidak manusiawi yang penjaranya sekarang bisa kita lihat di Kota Tua, Jakarta.

Terlalu banyak video kekejaman penjajah Belanda dan Jepang sebelum bendera merah putih tadi menggapai puncak.

Sambil menapaki trotoar muncul pertanyaan yang sering muncul setiap kita memperingati Proklamasi kemerdekaan yang dibacakan Bung Karno hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 lalu. Pertanyaannya apa arti kemerdekaan bagimu. 

Hampir saja aku terjatuh di trotoar jika kakiku tidak melihat lobang besar tepat di tengah trotoar. Mungkin lobang itu sudah lama dan ada unsur kesengajaan karena banyak sekali penutup trotoar yang terbuat dari besi tebal sengaja diambil orang. Ya arti kemerdekaan memang sudah bebas tapi belum nyaman.

Akhirnya aku mampir di sebuah tempat makan karena tertulis diskon 50% jika pesan bebek. Saat potongan pertama yang begitu lezat dan empuk memanjakan lidah, video lain sepertinya muncul di pikiranku. Seorang ibu tua dibawa ke pengadilan oleh perusahaan besar karena tertangkap tangan mencuri tiga buah kakao. 

Sepertinya video itu mengingatkan aku bahwa aku boleh tinggal di tempat sangat nyaman dan dapat makan di mana saja, dengan pakaian yang sama dengan yang digunakan Ronaldo, Justin Biber, atau Syahrini namun hidup ini hanya singkat dan bukan hanya untuk menyenangkan diri sendiri. 

Hampir saja potongan bebek berikutnya dengan nasi super lezat kehilangan rasa. Kuingat Jokowi yang walau sudah menjadi pengusaha, walikota, gubernur dan kini menjadi presiden tetap saja hidup sederhana. Mungkin hidupku lebih enak dan nyaman walau harus melalui trotoar ini.

Setelah menikmati makanan lezat ini kembali kutelusuri trotoar sepanjang jalan. Ternyata tidak nyaman karena banyak "penghalang" bagi para pejalan kali ini. Aku tak bisa hanya menyalahkan yang naik mobil walaupun semua tahu bahwa penyebab utama kemacetan karena terlalu banyakanya kendaraan dan terlalu sedikitnya jalan yang tersedia.

Ya kalau ditanya seluruh masyarakat Indonesia di usia negara yang ke-73 ini mungkin jawabannya kurang lebih sama: sudah merdeka tapi belum nyaman seperti kondisi trotoar kita ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline