Presiden Jokowi terpaksa harus ikut turun tangan. Menteri Perhubungan, Kapolri, Panglima TNI ikut repot akibat tenggelamnya KM Sinar Bangun hari Senin, 18 Juni 2018 pukul 17.30 di perairan Danau Toba. Pada hal kapal bermuatan 43 penumpang itu tidak perlu merepotkan semua jika mau mengikuti aturan dan prosedur yang sudah ada.
Begitu kabar dan informasi tenggelamnya kapal itu beredar, maka terlihat banyak penumpang yang masih hidup dan berupaya menyelamatkan diri. Jika di awal berita disebutkan hanya sekitar 90 penumpang atau dua kali kapasitas kapal, masyarakat sepertinya menganggap itu tidak sangat keterlaluan melihat praktek di berbagai daerah.
Namun beberapa hari, ya setelah beberapa hari, kemudian dengan berani media mengungkap ternyata bukan hanya dua kali atau tiga kali kapasitas kapal, ternyata lebih banyak lagi, sekitar 200 orang yang hilang, dan belum ditemukan sehingga Presiden, Menteri, Panglima TNI dan Kapolri ikut peduli.
Lebih menyedihkan lagi muncul berita bahwa ternyata tidak ada daftar (manifes) penumpang seperti pada pengangkutan kapal motor pada umumnya. Lebih aneh lagi ternyata kapten kapal yang juga pemilik Poltak Guru Tua Sagala masih hidup karena ternyata tidak ikut berlayar dan yang mengemudikan kapal ternyata orang lain. Mungkin juga orang yang menggantikan itu tidak memiliki surat izin, dan itu harus segera diselidiki. ABK lainnya yang masih ada saat ini Raider Malau dan Jevania Aritonang sudah diamankan oleh pihak Kepolisian.
Panglima TNI dan Kapolri saat berkunjung ke lokasi kejadian, hari Kamis, 21 Juni 2018, yang cukup jauh dari ibu kota provinsi Sumatra Utara, Medan, melihat langsung bahwa angkutan orang di Danau Toba itu banyak yang tidak layak.
Sikap Kapal Motor Penyebarangan (KMP) Sumut II
Kejadian aneh dan tidak terpuji ditunjukkan oleh kapten kapal motor penyebarangan (KMP) Sumut II, yang kebetulan lewat dari lokasi dan masih sempat melihat banyak kroban yang hendak menyelamatkan dirinya.
KMP Sumut II yang Bersama KMP Sumut I tanggal 16 Juli 2010 diresmikan Menteri Perhubungan Freddy Numberi, di Lumban Silintong Balige, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), untuk melayani rute Tigaras (Samosir)-Simanindo (Balige) dan rute Muara (Taput)-Nainggolan (Samosir), dimaksudkan untuk menolong masyarakat. KMP merupakan hibah dari Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, masing- masing berkapasitas 40 penumpang dan dapat memuat 6 truk.
Apa alasan sang kapten KMP Sumut II Doni Silalahi meninggalkan korban yang masih hidup? Kepada Tribun Medan dengan Editor Salomo Tarigan kapten KMP Sumut II Doni Silalahi mengatakan: "Saya meninggalkan para korban karena situasi pada saat itu cuaca sedang buruk dan saya sebagai kapten kapal merasa punya tanggungjawab juga untuk menyelamatkan penumpang yang saya bawa".
Saat ditanya lebih lanjut kenapa tidak menurunkan sekoci yang ada di KMP Sumut II, kapten Doni mengatakan percuma karena akan sia-sia sebab cuaca sangat buruk dan tidak ada waktu untuk menurunkannya.
Memang seperti sudah dapat diduga, keluarga korban dan banyak pihak yang mengecam tindakan Dodi Max Silalahi, kapten kapal KMP Sumut II tersebut karena menganggap kapten tidak punya hati, karena meninggalkan korban tenggelam di Danau Toba.