Ketika belajar pertama sekali tentang suatu negara biasanya selalu kita temui tentang Menteri Luar Negeri. Indonesia kini mempunyai Menlu Retno Marsudi yakni Menlu wanita pertama di Indonesia.
Sebelumnya ada Marty Natalegawa, Nur Hasan Wirayuda, Alwi Shihab, Ali Alatas, Muchtar Kusumaatmadja, Syarif Thayeb, Adam Malik, Soebandrio, Roeslan Abdulgani, Ide Agung Anak Gde Agung, Soenarjo Sastrowardoyo, Moekarto Notowidigdo, Wilopo, Agus Salim, Mohammad Roem, Mohammad Hatta, AA Maramis, Sutan Syahrir, dan Ahmad Soebardjo.
Lalu apa pekerjaan Menteri Luar Negeri itu, dan apa pula arti kerja sama internasional di era Jokowi ini? Kalau di Amerika Serikat, ketika presidennya tidak terlalu populer, maka menlunya biasanya sangat populer. Di zaman Presiden Richard Nixon, nama Menlu Henry Kissinger sangat populer. Saat ini nama Presiden Donald Trump jauh lebih populer ketimbang Menlu Rex W. Tillerson.
Secara umum Menlu itu bertugas membantu presiden atau kepala pemerintahan untuk menjalin hubungan dan kerjasama dengan negara lain sehingga masyarakat di negara itu dapat menikmati pembangunan yang lebih baik. Di era internet ini tugas Menlu lebih rumit dan cair lagi karena informasi yang sangat cepat.
Akibatnya masyarakat suatu negara sangat mengharapkan peran aktif dari seorang menteri luar negeri. Seandainya ada kejadian alam yang menimbulkan korban di negara lain, maka menlu diharapkan mampu menjelaskan apakah ada warga negaranya yang menjadi korban. Di bidang ekonomi seorang menlu diharapkan mampu meningkatkan penerimaan negara melalui kerjasama ekonomi dengan negara lain antara lain dari penjualan barang atau jasa ke negara lain, mendatangkan investasi asing, serta mendatangkan turis asing. Ekspor utama Indonesia termasuk tekstil dan Produk Tekstil (TPT), produk hasil hutan, elektronik, karet, dan produk karet, sawit dan produk sawit, peralatan kendaraan, alas kaki, udang, kakao, dan kopi. Nilainya dalam beberapa tahun terakhir di atas 100 miliar dolar AS atau seribu triliun rupiah per tahun.
Di samping itu investasi asing di samping memberikan keuntungan kepada perusahaan asing itu seperti perusahaan mobil Jepang yang memproduksi kendaraan di Indonesia, dipercaya juga ikut membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.Kedatangan turis asing dari negara lain ke Indonesia juga dipercaya meningkatkan pemasukan negara. Tahun 2017 dipercaya setidaknya 13 juta turis asing datang ke Indonesia; sementara ke Malaysia mencapai 30 juta dan ke Thailand 34 juta orang. Jadi tugas menlu itu bukan saja membela negara lain seperti Palestina atau masyarakat Rohingya di Myanmar, tapi juga kepentingan rakyat Indonesia.
Seandainya Indonesia bias lebih cerdas, maka kerja sama dengan negara lain bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan di segala bidang. Misalnya Indonesia harus tahu apa yang bias dijual. Setiap eksportir Indonesia harus punya daftar yang bisa dijual dan berapa harga dan jumlahnya. Jika tidak memiliki data yang jelas, nanti perusahaan asing yang tertarik membeli produk Indonesia bisa kecewa jika ternyata perusahaan kita tidak mampu memenuhinya.
Semoga Jokowi dalam dua tahun mendatang dapat lebih menguatkan pemerintahannya untuk menjalin kerja sama dengan negara lain demi memajukan perekonomian Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H