Dini hari mengetuk tidurku, tiba-tiba aku terjaga. Katanya seorang tokoh yang seharusnya intelektual tertangkap gara-gara narkoba. Sebelumnya bupati tertangkap; korupsi penyebabnya. Aku ingin lanjutkan tidurku, tapi tak bisa. Kupikirkan negeriku tercinta.
Di pagi hari ini kuingat bulan lalu ulang tahun negeri yang ke tujuh puluh dua. Pengorbanan dan tumpah darah pahlawan kemerdekaan dikenang dengan saksama. Bahkan bendera pusaka ditampilkan untuk bangkitkan sukma.
Tapi di pagi ini juga aku ingat negeri tercinta. Suara kebenaran dibungkam, bukan oleh penguasa, seperti lazimnya. Tapi oleh orang yang sok kuasa dengan mengatasnamakan Tuhan yang maha kuasa. Akibatnya ulama yang dulu dihormati menjadi segan bicara. Jika sampaikan kebenaran langsung dimaki di berbagai media. Siapa saja mereka? Banyak anak muda dan mahasiswa, tapi juga orang tua, bahkan anak-anak ingusan ikutan pula.
Ada apa dengan bangsa kita? Sesungguhnya kita perlu bertanya. Korupsi merajalela, narkoba di mana-mana. Kegiatan asusila seperti hal biasa. Pemimpin agama yang tulus seperti tak berdaya, yang anggap diri ahli agama malah gegap gempita. Pemerintah nampaknya sudah berupaya, malah politisi yang semakin haus kuasa. Bahkan tak ketinggalan para pengusaha. Tak tahan ada yang lari ke negeri tetangga.
Ada apa dengan bangsa kita? Mari kita renungkan bersama. Kita ingat sumpah pemuda, saat pemimpin bangsa nyatakan ikrar bersama. Indonesia, bangsa, tanah air dan bahasa. Jangan digugat setelah merdeka. Jangan diganti dengan dalih agama. Jangan dihianati hanya untuk kuasa. Ini rumah kita bersama. Masih mungkinkah kita semua bisa bersatu untuk selamatkan bangsa dan negara, sehingga tidak perlu malu pada tetangga dan para pahlawan bangsa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H