Indonesia, negeri yang memiliki 250 juta rakyat dan baru merdeka sejak 1945, namun presidennya sudah bisa duduk satu kelompok dengan Presiden Obama dari AS, PM David Cameron dari Inggris, PM Shinzo Abe dari Jepang, dan Presiden Putin dari Rusia (negara-negara maju yang sudah lama menjadi penguasa dunia) dalam pertemuan 20 kepala pemerintah dunia (G-24).
Namun dengan segala kemajuan dan permasalahan yang pernah dihadapi Indonesia, rakyat yang 250 juta itu perlu satu bahasa dan satu pengertian tentang pejabat Indonesia. Saya melihat pejabat yang diperlukan Indonesia adalah seperti sosok Joko Widodo (Jokowi). Kenapa?
Disadari atau tidak oleh rakyat Indonesia, Jokowilah presiden pertama yang tampil sederhana tanpa ada niat memperkaya diri atau keluarganya. Tidak perlu disanggah bahwa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan presiden yang terbaik hingga di zamannya karena dialah presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia yang membuat Indonesia disejajarkan dengan negara demokrasi besar dunia. Saat Presiden SBY tinggal di rumahnya di Cikeas, rakyat Indonesia dapat menerimanya. Saat anaknya menjadi anggota DPR dan aktif di partai politik, rakyat Indonesia juga maklum.
Namun Jokowi tampil berbeda dan menunjukkan dirinya sebagai pejabat yang dibutuhkan Indonesia. Jika di zaman Presiden SBY Menko Perekonomian Chairul Tanjung marak dengan pesawat pribadinya yang dapat digunakan untuk kepentingan negara, maka di zaman Jokowi, para menteri justeru “malu” menunjukkan kekayaannya karena Presiden Jokowipun tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu. Justeru ada kesan para menteri dan pejabat di zaman Jokowi sekarang ini berlomba-lomba untuk tampil sederhana; termasuk Menko Puan Maharani yang merupakan putri mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Mungkin sikap Presiden Jokowi, di awal pemerintahannya, yang hanya naik pesawat kelas ekonomi ke Singapura saat menghadiri wisuda anaknya di Singapura sangat berpengaruh. Sikap isterinya yang sederhana namun tetap cantik karena memiliki hati yang baik, dan pernikahan putra Presiden Jokowi yang sangat sederhana juga berpengaruh besar bagi para pejabat di negeri ini.
Putri Presiden Jokowi yang gagal masuk menjadi PNS Solo juga menjadi contoh yang luar biasa bahwa walupun Jokowi sudah menjadi presiden, namun dia, isteri dan anak-anaknya kelihatannya tetap ingin menjadi manusia biasa-biasa saja. Seorang teman mengatakan kalau itu terjadi di masa lalu, bupati dan seluruh kepala dinasnya bisa “bermasalah” dengan gagalnya putri presiden diterima jadi pegawai.
Kalau di masa lalu orang berebut menjadi pejabat karena ada jaminan hidup yang lebih baik, maka di zaman Jokowi mulai muncul sikap dan semangat pejabat yang ingin berbuat yang terbaik bagi negerinya, walaupun hasil materi bagi diri dan keluarganya tidak ada. Sebagai contoh, pejabat Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai di masa lalu dikenal kaya raya, namun di zaman Jokowi para pejabat itu justeru berusaha melakukan yang terbaik agar penerimaan negara (bukan penerimaan pribadi) meningkat.
250 juta rakyat Indonesia sedang berharap agar para pejabat di Indonesia bisa meniru sikap Presiden Jokowi, sehingga akan muncul presiden, menteri, gubernur, dirjen, anggota DPR, bupati, duta besar, dan pejabat negara lainnya yang mau hidup sederhana dan menggunakan penghasilannya untuk memajukan Indonesia. Rakyat akan kagum jika pejabat Indonesia tidak punya rumah mewah, tidak memiliki tabungan banyak atau tidak mengendarai mobil bagus, walaupun sebenarnya mereka mampu, namun karena mereka mengutamakan kemajuan Indonesia maka kekayaan, pengetahuan yang mereka miliki benar-benar diberikan untuk membangun Indonesia.
Semoga para pejabat Indonesia, di semua bidang dan di manapun, meniru sikap sederhana Presiden Jokowi dan berlomba-lomba mengambil sikap sederhana dan justeru berpikir lebih keras bagaimana memajukan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H