Lihat ke Halaman Asli

Veronica Decides To Die: Mari Belajar Menghargai Hidup.

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapakah nilai dari sebuah hidup?

Sejumlah pasien di rumah sakit – yang masih berjuang untuk bisa hidup lebih lama – mau tidak mau harus dibantu dengan alat pernafasan yang dihubungkan ke tabung oksigen hanya agar mereka bisa bernafas. Bernafas! Ya, bernafas. Manusia memang butuh bernafas, entah itu bernafas secara alami ataupun dengan alat-alat bantu pernafasan. Bernafas berarti menghidup udara, menghirup oksigen. Tapi tahukah Anda kalau harga satu tabung oksigen cukuplah mahal. Jadi, bayangkan saja, berapa ratus ribu rupiah atau mungkin berapa juta rupiah yang harus dirogoh para pasien tersebut untuk bisa tetap bernafas. Untuk bisa membayar oksigen. Untuk bisa membayar udara yang seharusnya gratis untuk dihirup. Tapi, mereka rela membayar semahal apapun itu agar bisa tetap hidup, tetap menghirup udara, tetap bernafas.

Kalau dihitung-hitung, sudah berapa ratus atau juta tabung oksigen yang sudah dihirup manusia sejak dia ? Jadi, berapa rupiahkah nilai sebuah hidup?

Seorang teman yang tubuhnya sedang digerogoti kanker, harus rela menahan rasa sakit dalam menjalani proses kemoterapi. Dia juga harus menjalani terapi-terapi pengobatan lainnya, serta mengkonsumsi obat yang malah membuat perutnya mual setiap hari, hanya karena ingin hidup lebih lama. Dia ingin hidup lebih lama karena ingin berkarya lebih banyak lagi ditengah masyarakat. Buat dia, hidup terlalu berharga untuk diserahkan begitu saja kepada maut. Buat dia, hidup – entah seperti apapun kondisinya – sangat layak untuk diperjuangkan.

Seorang pemuda dengan nekat memanjat menara listrik tegangan tinggi, dan tentunya ingin terjun bebas untuk bunuh diri. Alasannya sederhana: diputus cinta oleh sang kekasih. Seorang pelajar perempuan nekat gantung diri karena dia merasa malu tidak punya cukup biaya untuk bisa mengikuti gaya hidup dan pergaulan teman-teman sekolahnya. Ahhh,,,kesenjangan sosial. Seorang siswa nekat bunuh diri karena tidak dibelikan baju baru. Berita-berita seperti itu cukup sering diberitakan lewat media cetak maupun televisi. Penduduk di daerah Gunung Kidul bisa terpicu untuk melakukan bunuh diri jika melihat seberkas sinar yang oleh penduduk setempat bisa disebut “Pulung Gantung”, karena dianggap sebagai tanda kiamat. Hal itu membuat daerah ini memiliki angka bunuh diri yang tinggi di Indonesia.Selama tahun 2007, sebanyak 121 personil Angkatan Darat Amerika Serikat melakukan bunuh diri karena mengalami stress di medan perang. Di Jepang, pada periode Januari-Mei 2008, telah terjadi 520 kasus bunuh diri dengan berbagai alasan, yaitu: depresi, terlilit hutang, masalah keluarga, dan masalah kesehatan. Memang, berbagai alasan menjadi pemicu orang untuk melakukan bunuh diri.

Bisakah mereka dikatakan sebagai orang-orang yang tidak menghargai hidup?

Veronika, seorang gadis muda berusia dua puluhan, mempunyai pekerjaan tetap, menjalani hidup yang nyaman, dan berkecukupan secara ekonomi. Dia juga mempunyai keluarga yang peduli padanya. Kalau bisa dibilang, dia sudah menemukan area nyaman (comfort zone) dan hidup di dalamnya. Namun, hidup dalam “comfort zone” ternyata telah membuat hidupnya terasa hambar dan tidak bermakna. Oleh karenanya, dia pun berkali-kali berencana untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang “bersih”. Sempat terpikir untuk melompat dari gedung tinggi, tapi akhirnya dibatalkan karena dia tidak mau meninggalkan kesan dan bekas-bekas yang dapat mempermalukan keluarganya.

Sampai akhirnya, dia memutuskan untuk meminum obat tidur sebanyak empat pak, dengan harapan dia akan meninggal karena kelebihan dosis (over dosage). Tapi sial buat dia, obat tidur itu ternyata tidak cukup ampuh untuk membunuhnya. Lebih sial lagi, obat itu malah mengirim dia ke sebuah rumah sakit jiwa serta menimbulkan kerusakan pada sistem kerja jantungnya.

Ironis memang, ketika sebagian besar orang melakukan bunuh diri dalam jebakan tekanan dan kesulitan hidup yang semakin membelenggu, ternyata ada juga yang bunuh diri dalam kenyamanan hidup.

Jadi, yang manakah yang lebih menghargai hidup?

Ketika Veronika sedang menunggu saat-saat kematian datang menjemput setelah meminum obat tidur, dia sempat membaca sebuah kalimat dalam sebuah majalah. Kalimat itu berbunyi: Nothing in this world happens by chance. Ya, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan. Setiap kejadian ada maknanya, ada maksudnya, ada efeknya. Bahkan satu kepakan sayap kupu-kupu dapat memicu terjadinya badai (butterfly effect). Tanpa direncanakan sebelumnya, keberadaan Veronika di rumah sakit jiwa itu membawa pencerahan bagi beberapa pasien lainnya. Pasien-pasien yang sudah merasa nyaman tinggal di rumah sakit jiwa itu akhirnya bisa melihat bahwa masih ada kehidupan yang bisa mereka diperjuangkan di luar sana. Hal ini membuat Mari, Zedka, dan Edward memutuskan untuk keluar dari sumah sakit jiwa itu untuk melanjutkan dan memperjuangkan hidupnya.

Veronika tanpa sadar telah memberikan efek positif kepada orang lain untuk memperjuangkan hidupnya. Pertanyaan berikutnya adalah masihkah kita menganggap pelaku-pelaku bunuh diri di atas adalah sekelompok orang bodoh yang tidak menghargai hidup atau apakah kita bisa mengambil pelajaran dari tindakan mereka? Pelajaran bahwa bunuh diri bukanlah solusi yang tepat, bahwa bunuh diri hanyalah sebuah tindakan lari dari masalah dan mewariskan masalah itu ke keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Hmm, adi siapakah sebenarnya yang bodoh dan tidak menghargai hidup? Mereka yang bunuh diri atau kita yang tidak bisa belajar dari tindakan bunuh diri mereka? Memang tidak ada sesuatupun yang terjadi di dunia ini secara kebetulan, tapi masalahnya adalah bisakah kita belajar menghargai hidup dari kejadian itu?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline