Penerapan teori Jean Piaget dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. beberapa cara dapat diterapkan penerapan teori jean peaget. Peaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif anak dimulai melalui perkembangan mental anak tersebut.beliau menerangkan bahwa perkemabangan kognitif seorang anak terjadi dalam empat tahap. Setiap tahapan yang dilakukan harus menyesuaikan dengan kemampuan dasar seorang anak. Pengajaran Berdasarkan Tahap Perkembangan dalam hal ini Piaget mengidentifikasi empat tahap perkembangan kognitif: sensori motorik, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.
Dalam praktiknya, guru harus merancang kurikulum yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) berlangsung semenjak kelahiran anak hingga kisaran usia dua tahum. Aktivitas belajar harus bersifat langsung dan berbasis pengalaman fisik. Piaget berpendapat bahwa salah satu pencapaian kognitif yang krusial pada usia bayi adalah keberadaan objek, yang merujuk pada pemahaman bahwa objek dan peristiwa tetap ada meskipun tidak terlihat, terdengar, atau dapat diraba. Pencapaian berikutnya adalah kesadaran bertahap mengenai adanya perbedaan atau batasan antara diri individu dan lingkungan di sekitarnya. Menjelang akhir fase sensorimotor, anak mulai dapat membedakan antara dirinya dan dunia di sekelilingnya serta menyadari bahwa objek tetap eksis seiring berjalannya waktu.
Tahap Praoperasional (2-7 tahun) Menggunakan simbol-simbol seperti gambar dan kata-kata untuk membantu anak memahami konsep. Tahap ini merupakan fase pemikiran yang lebih bersifat simbolis, tanpa melibatkan pemikiran operasional. Karakteristik dari tahap ini adalah egosentrisitas dan intuisi. Pemikiran pra-operasional terbagi menjadi dua subtahap, yaitu tahap fungsi simbolis dan tahap pemikiran intuitif. Subtahap fungsi simbolis biasanya muncul pada usia antara dua hingga empat tahun. Pada subtahap ini, anak-anak mulai secara mental merepresentasikan objek yang tidak ada di hadapan mereka. Hal ini memperluas dunia mental anak dengan menambahkan dimensi-dimensi baru. Perkembangan bahasa yang mulai terlihat dan munculnya sikap bermain merupakan contoh dari peningkatan dalam pemikiran fungsi simbolis.
Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) Menggunakan objek konkret dalam pengajaran matematika dan sains untuk membantu siswa memahami konsep logis. Penalaran logis menggantikan penalaran intuitif, namun hal ini terjadi hanya dalam konteks yang konkret. Meskipun kemampuan untuk mengklasifikasikan objek telah ada, anak-anak pada tahap ini belum mampu menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak. Operasi konkret merupakan proses mental yang dapat dibalik dan berhubungan dengan objek-objek nyata. Melalui operasi konkret, anak-anak dapat mengoordinasikan berbagai karakteristik, sehingga tidak hanya terfokus pada satu aspek dari objek tersebut. Pada fase ini, anak-anak secara mental dapat melakukan aktivitas yang sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara fisik, dan mereka juga mampu membalikkan operasi konkret tersebut. Aspek penting dari kemampuan pada tahap operasional konkret adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan atau membagi objek menjadi subkategori yang berbeda serta memahami hubungan di antara kategori-kategori tersebut.
Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas) Mendorong pemikiran abstrak dan analisis melalui diskusi dan proyek penelitian. Piaget menekankan pentingnya keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar. Tahap operasional formal berlangsung pada rentang usia sebelas hingga lima belas tahun. Pada fase ini, individu mulai merenungkan pengalaman konkret dan mengolahnya dalam bentuk pemikiran yang lebih abstrak, idealis, serta logis. Pemikir operasional formal juga menunjukkan kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan berbagai kemungkinan. Dalam tahap ini, anak-anak mulai terlibat dalam pemikiran spekulatif mengenai kualitas ideal yang mereka harapkan ada dalam diri mereka sendiri maupun dalam diri orang lain.
Guru harus menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk menjelajahi dan bereksperimen dengan materi pelajaran. Jadi tidak hanya mendapatkan teori akan tetapi siwa juga doiberikamn kebebasan dan difasilitasi dalam praktek atas teori yang didapatkannya. Selain itu metode diskusi juga dapat diterapkan kaerna diskusi dapat mendorong interaksi antara siswa untuk berbagi ide dan perspektif, sehingga memperkaya pemahaman mereka. Dalam teori Piaget, pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi. Guru dapat menerapkan ini dengan cara mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Misalnya, saat mengajarkan konsep baru, guru dapat menghubungkannya dengan pengalaman siswa sebelumya. Dalam penerapan metode akomodasi para guru dapat membantu siswa menyesuaikan skema mereka ketika menghadapi informasi yang tidak sesuai. Ini bisa dilakukan melalui pertanyaan terbuka atau tantangan yang memicu pemikiran kritis.
Menggunakan alat peraga yang edukatif dan teknologi dapat membantu siswa memahami konsep yang kompleks dengan lebih baik. Misalnya, menggunakan model 3D atau simulasi untuk menjelaskan konsep dalam kegiatan belajar mengajar. Alat peraga dan model ini diaharap dapat menumbuhakan rangsang psikomotorik siswa karena beberapa tahapan anak sangat diperlukan bentuk-bentuk yang akan membuat mereka dapat memikirkan symbol-simbol. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dari teori Piaget, pendidikan dapat menjadi lebih relevan dan efektif, membantu siswa tidak hanya untuk menguasai pengetahuan tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mereka secara optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H