Ketika mendapatkan informasi tentang lowongan kerja untuk lansia melalui media sosial, saya langsung korek-korek informasi lebih jauh.
Dari Instagram, saya peroleh informasi lebih detil tentang persyaratan lowongan kerja tersebut. Para lansia yang masih produktif akan dipekerjakan sebagai Server di sebuah restoran, dengan 4 jam kerja perhari dan 1 jam istirahat selama 5 hari kerja dalam 1 minggu. Tujuan dibukanya lowongan ini adalah untuk memberikan kesempatan berkarya kepada seseorang untuk tetap aktif di usia senja.
Tentu ini jadi pro kontra dikalangan masyarakat. Ada yang berpikir: orang tua kok disuruh jadi pelayan restoran? Ngga menghormati banget!
Hal ini juga tercermin ketika saya mendiskusikan lowongan kerja ini dengan anak saya yang menjadi Barista di sebuah restoran. Keliatannya dia termasuk yang kontra ketika saya tanya, bolehkah Bapak ikut ngelamar?
Anak saya beranggapan bahwa itu tidak cocok dengan skill Bapak, masa Insinyur jadi pelayan restoran? Lagi pula lowongan itu untuk 60 tahun keatas (lansia), sedangkan Bapak masih 58 tahun, katanya.
Saya jawab sambil berkelakar, "Yaaah siapa tau, mereka lihat CV Bapak terus diangkat jadi Manager restoran?"
*
Tapi jujur harus saya katakan bahwa masa-masa pensiun seseorang yang memasuki usia pra-lansia adalah masa-masa yang berat. Mirip-mirip orang yang baru lulus kuliah dan lagi cari-cari pekerjaan.
Saya dipensiunkan dari Perusahaan swasta ketika memasuki usia 55 tahun. Padahal waktu itu kemampuan bekerja saya sedang mencapai puncaknya bahkan menjadi orang nomor 2 di Perusahaan dibawah Presiden Direktur. Ini bukan menyombongkan diri yaa.. tapi cerita latar belakang saja.
Setelah dirumahkan, muncul deh segala macam pikiran yang aneh-aneh, sepertinya saya kena Post Power Syndrome. Akhirnya, pekerjaan apapun di rumah, saya kerjakan.. dari mulai nyuci baju, nyapu, ngepel sampai ngecat rumah. Pensiun bukannya berleha-leha tapi malah cari kesibukan.