Pengalaman menjalani bulan Ramadan dan Lebaran di Jepang sebenarnya sambungan dari cerita Pengalaman Bekerja di Jepang yang saya tulis sebelumnya. Karena on the job training selama 1 tahun tentunya melewati bulan Ramadan dan Lebaran juga disana.
Berangkat ke Jepang
Saya dan Team berangkat ke Jepang pada tanggal 19 Februari 1996 malam, bertepatan dengan malam Takbiran karena keesokan harinya adalah Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1416H.
Awalnya, ketika tiba di Tokyo Jepang keesokan harinya, kami tidak menyadari bahwa hari itu adalah hari Lebaran, Tetapi setelah beberapa lama ada salah satu teman yang mengingatkan dan kamipun saling bermaaf-maafan. Dan yang paling penting adalah kami bersyukur tiba dengan selamat di tujuan serta mohon ampun kepada Allah karena tidak dapat melaksanakan Sholat Ied.
Sebuah pengalaman yang unik dan sulit terulang kembali, malam Takbiran di Jakarta dan Lebaran di Tokyo.
Situasi di Jepang
Perusahaan Jepang di kota Osaka tempat kami on the job training sangat menghormati keragaman beragama karena mereka memiliki Kantor Cabang di Indonesia sehingga paham betul dengan agama Islam. Walaupun demikian, menurut pengakuan beberapa Staf Jepang, banyak pula diantara mereka yang tidak beragama karena menganggap Shinto itu adalah kebudayaan Jepang saja.
Perusahaan pun menyediakan 1 ruangan untuk kami melaksanakan sholat 5 waktu (pada jam kerja) dan sholat Jumat. Untuk sholat Jumat, tentunya kami bergantian menjadi Imam dan Khatib walaupun para ulama Islam masih memiliki perbedaan pendapat mengenai jumlah minimal Jemaah tapi kami niatkan untuk menjalankan sholat wajib ini.
Jelang Puasa
Menjelang bulan Ramadan 1417H yang akan jatuh pada tanggal 10 Januari 1997, kami mulai mencari informasi tentang jadwal Imsakiyah. Sumber informasi yang terdekat dan terpercaya adalah Masjid Kobe, sebuah Masjid tertua di Jepang yang terletak di kota Kobe yang berjarak sekitar 35 km dari kota Osaka.