Harga Elpiji 12 kg naik drastis ... rakyat mau menjerit bagaimanapun, harga tetap naik.
Walaupun akan ada peninjauan harga, sesuai perintah Presiden, tapi dijamin harga yang sudah terlanjur naik tidak mungkin kembali ke harga semula. Ini sudah hukum pasar di Indonesia.
Tapi itu bukan masalah! Rakyat sudah makin terbiasa dibebani dengan kenaikan-kenaikan harga kebutuhan hidup. Lebih-lebih rakyat golongan menengah. Golongan ini selalu jadi korban dari kenaikan harga-harga tersebut.
Misal:
- Harga Elpiji 12 kg naik 68%, kan yang merasakan golongan Menengah ke Atas.
- Harga BBM non subsidi naik, kan BBM ini untuk golongan Menengah ke Atas.
- Tarif listrik naik per tiga bulan hanya yang untuk golongan Menengah ke Atas.
Lama-lama golongan Menengah yang hidup pas-pasan seperti saya ini, bakal terjerumus masuk kedalam golongan Bawah sementara golongan Atas nyantai-aja tidak merasakan dampak kenaikan harga-harga tersebut.
Tapi, tetap itu bukan masalah!
Yang jadi masalah adalah kemana rakyat golongan Menengah ini dapat curhat (mencurahkan isi hati)? Twitter? Facebook? bahkan stasiun-stasiun radio swasta bisa jadi pilihan.
Tapi, apakah dapat tanggapan dari instansi terkait? Tentu ada tanggapan walaupun cuma lips service doang.
Suatu pagi di 2 Januari sebuah radio swasta di Jakarta mengadakan talk show dengan Humas Pertamina sehubungan dengan keluhan rakyat terhadap kenaikan harga Elpiji.
Saya ikutan curhat dengan mengirimkan SMS berikut:
"Harga Elpiji 12 kg naik lebih dr 50%. Kenapa Pemerintah tidak dapat mencegah kenaikan harga komoditi yang di monopoli Pertamina ini. Ini negara apa?"