Lihat ke Halaman Asli

Jilal Mardhani

TERVERIFIKASI

Pemerhati

Seni Keliru Memahami Kekeliruan

Diperbarui: 4 Juli 2018   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster Pameran Tisna Sanjaya di Galeri Nasional (pribadi)

Sombong terhadap hal-hal yang kita beriman padanya, adalah perlu dan harus. 

Kata mereka, kesombongan demikian tak merugikan siapapun kecuali diri sendiri. Padahal, bagi Anda yang mengimaninya, kesombongan tersebut tak mungkin menyebabkan derita atau kehilangan apa pun. Jadi, mereka bohong. Anda tak bakal rugi.

Sebaliknya Anda malah beruntung. Justru layak sumringah, bangga, dan bahagia terhadap iman yang perlu disombongkan itu. 

Keimanan memang soal harga diri. 

Tentu saja Anda layak sombong jika ada yang mempertanyakan keimanan itu dengan nada melecehkan. Apalagi kepada mereka yang coba-coba menggugatnya. 

Bukan hanya tak perlu. Anda bahkan sama sekali tak boleh ragu.  Sebab --- sekecil atau seringan apapun keraguan itu --- sesungguhnya Anda hanya pura-pura dan sok beriman saja. 

Singkat kata: keraguan menyombongkan keimanan itu adalah pertanda Anda termasuk golongan kaum munafik.

Karena iman adalah keyakinan yang mutlak. Tanpa keraguan, kompromi, negosiasi, atau kesepakatan apa pun. 

Titik. 

Artinya, Anda harus sepenuh hati, dan dengan segenap jiwa raga, menegakkan keimanan. Jangan biarkan bengkok karena apapun. Apalagi sampai membiarkannya roboh hingga terserak berkeping-keping.

Keimanan memang ranah pribadi. Jadi, Anda pun harus menghargai iman yang diyakini orang lain. Sepanjang tak mengganggu kemerdekaan Anda untuk mengimani hal-hal yang diyakini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline