Lihat ke Halaman Asli

Jilal Mardhani

TERVERIFIKASI

Pemerhati

Indonesia yang Konyol: Tentang Revolusi Mental dan Reshuffle

Diperbarui: 15 Agustus 2016   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagian mana dari republik ini yang sudah baik dan tinggal dilanjutkan dan disempurnakan?

Hampir setiap hal - dalam lingkup terkecil sekalipun - selalu disertai warisan kekacauan dan permasalahan yang akut. Bukan berlangsung sesaat karena kecurangan segelintir orang yang melakoninya dalam rahasia yang tertutup rapat. Tapi sesuatu yang telah terpelihara dan berkembang turun-temurun. Sedemikian rupa hingga menjelma jadi keyakinan dari bagian terbesar komunitasnya. Sebagai suatu kewajaran yang benar lagi dibenarkan.

Kini mereka telah meluas. Berjejaring dan berlapis-lapis. Tebal dan liat. Seperti rabies yang menular.

Setiap yang naik ke panggung - terpaksa atau dipaksa - bersenandung dalam musik dan irama yang sama. Meski bait-bait lirik, diksi, dan lema yang digunakan jauh berbeda dan tak pantas.

Maka jangan coba-coba menawarkan gagasan komposisi dan aransemen yang berbeda. Baik yang lebih modern, progresif, apalagi yang kontemporer dan 'out of the box'. Siapapun yang nekad melakukannya, harus siap berhadapan dengan penolakan yang digalang secara brutal, bahkan biadab. Mereka akan memaksanya turun. Menyingkirkannya sejauh mungkin. Agar musik dan irama yang telah menjadi tradisi turun-temurun itu tetap mengalun selamanya. Walaupun syair yang dikumandangkan sangat berbeda dan menjadi asing - bahkan aneh - di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline