[caption caption="foto oleh lutfy ilyas"][/caption]3 Maret 2017, Wahai menjadi saksi Amarah yang merah, kobaran api mengorbankan segala yang mampu dijangkaunya, tak pakai suatu jarak waktu,runtuh menyatu dengan tanah, asal penciptaan. kebakaran maha dahsyat melanda Negeri Wahai yang berada di kecamatan seram utara, Kabupaten Maluku Tengah, Api menyulut puluhan kios tempat banyak keluarga menggantungkan hidupnya, semua menjadi abu, menjadi debu, segala harta yang dikumpulkan bertahun-tahun, bergenerasi, tinggal menjadi ingatan, menjadi tiada. berita-berita muncul di sosial media, tentang wahai, tentang si jago merah, tentang duka, tentang luka. wahai terbakar, kemanusiaan terbakar, puluhan manusia yang masih memiliki hati tergerak untuk membantu meringankan beban mereka, bukan karena saudara sedarah tapi mereka adalah saudara kemanusiaan, bahwa segala manusia yang hidup di Bumi Allah adalah saudara yang hidup dan kehidupannya bergantung pada sesama. ada jarak yang cukup jauh antara kota ambon, masohi dan belahan bumi lainnya dengan wahai, ada gunung membentang, ada laut membelah, tapi jarak kemanusiaan itu sungguh dekat, dia ada dalam nadi kita, dia ada dalam nafas kita, untuk itulah tergerak dan bergerak adalah konsekuensi logis akan gejala kemanusiaan yang menggeliat dalam diri kita. bukan persoalan berapa banyak mata uang yang terkumpul, bukan sesempit itu, lebih dari itu semua yang tergerak dan bergerak ingin menyatakan pada mata-mata dunia, bahwa wahai tidak sendiri, wahai adalah bagian dari maluku, wahai adalah bagian dari kita, wahai adalah bagian dari entitas manusia, maka tergerak dan bergerak hari ini adalah bukti bahwa di hati-hati kita wajah kemanusiaan sedang tersenyum, sedang merayakan kelahirannya kembali di tengah kecamuk dunia yang semakin egois pada permasalahan-permasalahan individu. hingga hari ini begitu banyak volunteer yang masih antusias mengumpulkan bantuan untuk wahai, bukan untuk menghilangkan beban mereka yang kios, rumah, dan hartanya terbakar tapi sedikit banyak meringankan beban mereka, menitipkan sedikit senyuman di wajah-wajah mereka yang beberapa hari terakhir ini muram meratapi nasib yang entah kedepan. tak ada satu setan pun yang tahu rencana Tuhan, hari ini Wahai, belahan bumi mana lagi esok itu hak prerogatif Tuhan! Tuhan menguji umatnya lewat kejadian-kejadian seperti ini, bukan hanya menguji umatnya yang hartanya habis terbakar api tapi menguji semua manusia yang memiliki telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan tangan untuk bertindak, menguji sejauh mana titipan-titipan Tuhan yang sementara waktu itu mampu didayagunakan untuk kepentingan yang lebih besar, kepentingan manusia dan kemanusiaan, sebab pada rezeki yang Tuhan beri ada sebagian milik orang lain yang pada gilirannya harus segera dilunasi, membantu wahai adalah bagian dari melunasi hal itu. Wahai tidak sendiri, kemanusiaan sedang bekerja, duka wahai, duka manusia, duka kemanusiaan.Tuhan bersama para Volunteer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H