Pagi haripun tiba, terdengar suara alarm yang membangunkan hampir seisi rumah. Dengan sangat terkejut, saya terbangun dan bersiap-siap untuk pergi ke Kampung Adat Todo pada bulan Januari lalu. Hanya bermodalkan motor, uang dan keberanian, saya berangkat dari rumah menuju tempat tujuan selama kurang lebih tiga jam.
Selama perjalanan, pemandangan alam begitu menakjubkan. Bukit-bukit tinggi menjulang keatas dengan ditutupi awan yang berkabut. Ditambah lagi pohon-pohon yang berjejer saling beriringan. Saya beberapa kali menepi demi mengabadikan momen indah tersebut.
"Anda telah sampai ke tempat tujuan" begitulah kata google maps. Namun, keberadaan Kampung Adat Todo tidak terlihat. Yang tampak hanyalah beberapa rumah masyarakat biasa. Rumah tersebut terlihat seperti rumah pada umumnya dengan atap rumah terbuat dari seng dan dinding rumah yang terbuat dari semen. Sedikit kebingungan, saya memutuskan untuk bertanya kepada orang yang ada di sekitar. Orang tersebut menunjuk kearah Selatan tidak jauh dari tempat saya berdiri.
Dengan mengikuti arahan dari orang tersebut, saya berjalan lurus ke arah Selatan hingga akhirnya mendadak hentakan kaki ini berhenti. Pemandangan kuburan dengan luas kurang lebih satu hektar cukup mengagetkan. "Apakah ini arah yang benar ?" bisikku dalam hati. Rasa takut menyelimuti dada ditambah suasa dingin dan awan yang berkabut menambah sensasi horor. Walaupun penuh dengan keraguan, saya memutuskan untuk tetap berjalan lurus seperti perkataan orang tersebut.
Dan betul saja, dari jauh terlihat pemandangan Kampung Adat Todo. Kampung Adat Todo merupakan sebuah kampung adat tertua di Manggarai. Tempat ini diyakini sebagai tempat berasalnya Raja Manggarai pertama. Berada di kaki Gunung Anak Ranaka tepatnya di Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai. Desa Todo adalah pusat Pemerintahan Kerajaan Manggarai. Manggarai sendiri merupakan kerajaan terbesar yang menguasai Pulau Flores sebelum akhirnya harus pindah ke kota Ruteng karena invasi Belanda.
Pada saat memasuki pintu utama Kampung Adat Todo, saya disambut dengan kemunculan sosok seorang dewasa. Sambil berkata " Selamat Datang di Kampung Adat Todo, pusat kebudayaan kerajaan Manggarai di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur". dengan memancarkan senyuman khas orang timur. Sosok seorang dewasa yang diketahui bernama Pak Dandi yang merupakan seorang petugas dan sekaligus masyarakat asli desa Todo tersebut membawa saya ke sebuah tempat khusus untuk menyambut para wisatawan.
Tempat tersebut berbentuk segitiga kerucut dengan model rumah panggung yang terbuat dari kayu dan jerami. Didalamnya, terdapat meja dan beberapa peralatan tulis-menulis yang berguna untuk menyatat kehadiran para wisatawan. Ditempat ini juga, kita diharuskan untuk membayar biaya tiket masuk Kampung Adat Todo sebesar Rp45.000,00.
Kemudian, kita akan diberikan sepasang pakaian adat khas masyarakat Kampung Adat Todo. Pakaian tersebut sangatlah unik. Nama pakaian adat tersebut adalah kain Songke. Kain ini menjadi pakaian adat wajib yang dipakai oleh masyarakat suku Manggarai. Pemakaian kain Songke bisa dibilang mirip dengan pemakaian sarung.
Hanya saja, dalam memakainya tidak bisa sembarangan, dikarenakan ada bagian tertentu yang harus menghadap ke bagian depan. Kain Songke ini didominasi oleh warna hitam yang melambangkan keagungan dan kebesaran orang suku Manggarai. Di samping itu, setiap motif yang berbeda pada kain Songke juga melambangkan nilai yang berbeda pula. Selain itu, kita akan diberikan selendang yang terbuat dari bahan kain Songke dan untuk laki-laki diberikan topi khas Manggarai yang diberi nama Jongkong Re'a. Pemberian pakaian adat ini dimaksudkan sebagai salah satu tanda untuk menghormati para leluhur terdahulu.