Lihat ke Halaman Asli

Analisis Epistemologi Terhadap Metode Pembelajaran Paguyuban Pengajar Pinggir Sungai dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Diperbarui: 8 Juni 2022   03:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pendidikan menjadi fokus utama bagi perkembangan dan kemajuan di segala bidang kehidupan. Tidak dapat dipungkiri, dari zaman dahulu sampai sekarang, pendidikan digaungkan sebagai kunci untuk menaikkan taraf dan kualitas sumber daya manusia. Seperti yang dikatakan oleh Najwa Shihab, bahwa "hanya pendidikan yang dapat menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan Indonesia tak mungkin bertahan", maka dapat dilihat betapa pentingnya pendidikan untuk keberlangsungan hidup dan kemajuan sebuah bangsa. Pentingnya pendidikan ini rupanya disadari oleh generasi milenial, seperti halnya yang dilakukan oleh sekelompok pemuda yang tergabung dalam Paguyuban Pengajar Pinggir Sungai (P3S) yang berupaya menciptakan pendidikan alternatif guna menunjang pembelajaran anak-anak di bantaran sungai Code.

Berbicara mengenai pendidikan, seringkali tertuju pada pembelajaran formal di sekolah. Padahal, pendidikan lebih dari itu, belajar bukan sekadar berangkat sekolah, duduk di bangku kelas, dan membuka buku.  Namun, juga bagaimana proses belajar itu dihargai dan dimengerti dengan baik oleh peserta didik. Proses belajar yang baik tentunya harus memiliki metode-metode pembelajaran yang jelas dan terstruktur, agar jangkauan pengetahuan dari peserta didik semakin luas. Metode-metode tersebut memuat materi-materi yang dapat ditinjau dari perspektif epistemologi, yaitu mengenai hal-hal yang fokusnya seputar pengetahuan.

Pembelajaran yang dilakukan oleh para relawan P3S ini bukanlah pendidikan utama bagi anak-anak di sekitar sungai Code, tetapi merupakan pembelajaran tambahan, seperti pemaparan dari relawan P3S, yang mengatakan bahwa P3S didirikan untuk mengisi ruang kosong, maksudnya mengisi waktu senggang anak-anak sepulang sekolah dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat sekaligus menyenangkan.

Proses belajar yang diusung P3S bersifat kolektif yang dikenal sebagai trilogi anak, orang tua, dan relawan. Dengan melibatkan tiga elemen tersebut dalam setiap tindak tanduk pembelajaran secara utuh, P3S berupaya melakukan pendekatan secara objektif melalui beberapa program, seperti silaturahmi door to door, rapat komite orang tua, dan rapat-rapat internal organisasi. Hal tersebut dilakukan agar komunikasi dari ketiga elemen tersebut terus berjalan. Mengingat setiap anak memiliki karakter dan keunikannya masing-masing, maka P3S melakukan pendataan latar belakang dari setiap anak, misalnya hobi, kesulitan anak dalam memahami materi, dan lain sebagainya. Dari pendataan tersebut kemudian P3S berusaha untuk memilih metode pembelajaran yang tepat. 

Menghidupkan rumah baca merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh P3S dalam memperluas pengetahuan anak-anak, dalam hal ini minat literasi anak terus ditingkatkan, dalam epistemologi jenis pengetahuan yang diperoleh merupakan knowledge by description, yakni bersumber dari buku dan teks. 

Anak-anak dibiasakan untuk membaca buku, sekaligus memahami makna teks yang dibacanya. Sehingga proposisi pengetahuannya tidak hanya berdasarkan analitik saja, tetapi juga sintetik. Selain itu, anak-anak juga diajak untuk bercerita, agar dapat mengekspresikan ide dan juga perasaannya.

Relawan P3S juga melakukan metode pembelajaran lain, misalnya membawa anak-anak ke ruang terbuka supaya dapat kontak langsung dengan lingkungan sekitar (knowledge by acquaint ance). Pada metode tersebut, anak-anak mengamati fenomena atau gejala alam (external word) di sekitarnya melalui panca indera (senses), sehingga melahirkan emprirical knowledge.

Metode pembelajaran selanjutnya adalah mengombinasikan antara belajar dan bermain. Pembelajaran ini menyelipkan materi-materi ke dalam permainan, misalnya bermain congkak sambil berhitung. Permainan membantu anak-anak untuk menggunakan akal (reason) dan panca indra (senses) dalam berpikir.

Dari metode-metode pembelajaran yang telah diterapkan, terlihat penyeimbangan antara materi dan proses pembelajaran. Anak-anak dituntun untuk mendapat pengetahuan yang luas, tidak hanya pengetahuan yang sifatnya common sense, yakni pengetahuan sederhana yang diterima begitu saja, tetapi juga ditanamkan rasa bahwa pengetahuan itu juga harus dikritisi.

Selain itu, P3S juga menjunjung tinggi nilai-nilai moral dalam penerapan metode-metode pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak hanya terpaku pada ilmu-ilmu eksakta yang cenderung empiris, tetapi juga rasionalis. Dengan demikian, anak-anak diharapkan dapat berpikir secara tepat, kapan harus berpikir secara rasionalis, empiris, dan kritis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline