Lihat ke Halaman Asli

Jihan Putri Utami

Mahasiswa Universitas Andalas

Ada cinta dibalik asa seorang ayah

Diperbarui: 11 Januari 2024   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Jika bertanya kepada seluruh ayah di dunia apa harapan untuk anak dan keluarganya sudah barangpasti jawabannya adalah menjadi ayah yang terbaik, ayah yang mampu memberikan segalanya kepada keluarganya terutama sang buah hatinya.

Namun sebagian ayah di dunia ini tidak bernasib sama dengan sebagian ayah lainnya yang bisa mengajak buah hatinya tiap akhir pekan ke taman bermain, atau memberikan mainan favorit setiap harinya. Ada ayah yang harus berusaha lebih keras dari ayah lainnya untuk bisa memberikan bahagia pada anaknya.

Pak Daril seorang kepala keluarga di daerah tempat saya tinggal, ada empat anaknya dan hanya bekerja serabutan setiap harinya. Beliau berusia sekitar 45 tahun yang kadang bekerja sebagai tukang bangunan, kadang bekerja di gudang pertanian, menjadi supir  truk pengantar sayuran antar Sumatera, tak jarang kadang menjadi ojek untuk mengangkut hasil tani warga yang panen dari ladang di bawa ke Gudang.

Tak pernah ia rasakan lelah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, atau memang tak ditampakkannya rasa lelah itu. beliau hanya bekerja seorang diri sebab sang istri harus menjaga 2 anaknya yang masih balita yang sedang aktif-aktifnya. Pendapatan dari bekerja serabutan sangat tidak menentu, mungkin dahulu saat menjadi supir truk memang lumayan gajinya namun bisa dibilang nyawa adalah taruhannya dan jarang bertemu dengan keluarganya. Pendapatan ketika bekerja sebagai kuli di Gudang juga tidak besar dan cukup menyiksa badan karena harus memanggul beban berat di pundaknya dan mungkin 300 ribu perminggu gajinya. Sangat minim untuk kebutuhan yang sangat banyak.

Entah terbuat dari apa hati seorang bapak Daril, sesusah itu hidupnya beliau masih menyempatkan berbagi dengan orang lain. Sangat ringan tangan untuk membantu orang lain bahkan orang yang baru ia temui di jalan. Rumahnya sangat sederhana namun banyak orang yang betah di sana, mungkin karena kebaikan dan keramahan seisi  rumah tersebut. Bahkan pedagang panci, lemari, atau lainnya yang berjalan kaki jarak jauh jika berhenti di rumah bapak Daril akan disuguhkan kopi dan bahkan makan walaupun seadanya.

Jika aku ditanya ayah seperti apa yang terbaik di dunia, Bapak Daril adalah jawabannya. Beliau selalu mengusahakan bahagia untuk anaknya walaupun dengan cara sederhana, beliau mampu menanamkan sifat gigih, ramah, bersyukur, dan ringan tangan pada anak-anaknya. Beliau juga mampu menuntun anaknya untuk menjadi anak yang taat dalam beragama. Walaupun susah hidupnya beliau mampu menguliahkan anak sulungnya di perguruan tinggi terbaik, disamping gencarnya doa yang beliau dan istrinya panjatkan, terdapat kegigihan sang anak yang mandiri ke sana kemari mengusahakan beasiswa agar tidak banyak membebani orang tuanya dalam meraih mimpinya. Ketika sang anak kuliah jauh dan mendapat beasiswa pak Daril tidak semata-mata langsung lepas tangan kepada hidup anaknya, beberapa bulan sekali beliau mengirim uang untuk anaknya hasil dari mengumpulkan sedikit demi sedikit walau tidak banyak di barengi dengan sayur mayur dan sambal yang telah di masak istrinya dengan sepenuh hati.

Hal-hal sederhana yang bermakna itulah yang barangkali membuat keluarga pak Daril bahagia. Yang sangat menginspirasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline