Lihat ke Halaman Asli

Kunjungan Budaya Museum Gedung Sate dan Mandala Wangsit Siliwangi: Sarana Refleksi Diri dan Edukasi

Diperbarui: 18 Desember 2022   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2015 tentang museum, museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Definisi museum berdasarkan konferensi umum ICOM (International Council Of Museums) yang ke-22 di Wina, Austria, pada 24 Agustus 2007 menyebutkan bahwa museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengomunikasikan, dan memamerkan warisan budaya dan lingkungannya yang bersifat kebendaan dan tak benda untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan. Dan menurut saya sendiri museum merupakan suatu tempat atau sarana berefleksi diri dan juga edukasi, dengan mengunjungi museum kita bisa mengetahui berbagai hal tergantung dengan museum yang kita kunjungi, entah itu mengenai budaya, sejarah, teknologi dan lain sebagainya.

Museum secara umum dapat dikatakan sebagai sarana refleksi diri karena dengan mengunjungi museum kita dapat mengambil berbagai pelajaran, mulai dari bagaimana perjuangan para sejarawan memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan, atau ketika mengunjungi museum teknologi kita menjadi sadar bahwa ternyata teknologi telah berkembang sejauh ini dan hal itu tentu patut untuk disyukuri.

Beberapa pekan lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi salah dua museum yang ada di kota Bandung, yaitu Museum Gedung sate yang berada di Jalan Diponegoro Nomor 22, Citarum, Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat. Dalam museum ini kita dapat mengetahui bagaimana perjuangan masyarakat khususnya di kota Bandung dalam melawan penjajahan, kita diajak mengingat kembali sejarah peristiwa Bandung lautan api, dan di museum ini pun diceritakan bagaimana sejarah gedung sate, mulai dari bagaimana proses pembangunannya, bahan yang digunakan, sejarah Kota Bandung dan lain-lain yang dikemas dengan pemanfaatan teknologi digital yang menarik mulai dari augmented reality, virtual reality, 4D proyeksi dan teater. Dengan mengunjungi museum ini kita bisa melihat konten sejarah dengan cara yang tidak membosankan, dibantu dengan kurator edukasi yang menyampaikan penjelasan setiap sudut museum dengan baik membantu pemahaman.

Setelah mengunjungi Museum Gedung Sate, saya beralih ke Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang tak kalah menakjubkan berisi perjuangan rakyat Indonesia dan juga TNI dalam memperjuangkan kemerdekaan. Museum ini terletak di Jalan Lembong, kecamatan Sumur, Bandung. Di museum ini terdapat berbagai peninggalan sejarah mulai dari baju, senjata dan benda-benda lainnya yang digunakan ketika peperangan baik dengan penjajah maupun dengan kelompok separatisme seperti DI/TII. Luas museum ini mencapai 4.176 m2.

Setelah mengunjungi kedua museum tersebut tentu banyak hal yang dapat dipelajari/mengedukasi diri. Bagi saya pribadi selain kita mengingat kembali bagaimana perjuangan para pahlawan kita, saya bisa melihat pula perjuangan para pahlawan di masa kini, salah satunya adalah mereka para pengurus museum yang tetap semangat menjaga peninggalan sejarah bahkan selalu berusaha meningkatkan daya tarik museum sendiri. Para kurator edukasi yang saya jumpai memiliki semangat yang tinggi, walaupun mereka mungkin sudah ratusan kali menyampaikan hal yang sama tentang perjuangan para pahlawan, semangat mereka tak surut begitu saja, hal itu tentu membuat pengunjung pun merasakan energi positif. Dengan mengunjungi museum kita dapat bertemu/mengetahui banyak sosok-sosok inspiratif baik dimasa lalu ataupun masa kini, sehingga sebagai generasi muda dapat memikirkan kembali kontribusi apa yang akan kita berikan pada negeri ini. Dan tentu tak perlu diragukan lagi nilai edukasi yang didapatkan di museum pasti akan berbeda dengan yang didapatkan ketika membaca dari buku saja, bagi saya orang dewasa saja edukasi museum terasa menyenangkan apalagi bagi anak-anak. Kini banyak museum yang telah dilengkapi dengan kecanggihan teknologi yang tentunya semakin menarik. Jadi mari semarakkan wisata budaya mengunjungi museum-museum yang ada agar kita dapat berefleksi diri dan menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline