Lihat ke Halaman Asli

jihan fadilla

Mahasiswa

Teori Seni Teater Erving Goffman: Dramaturgi

Diperbarui: 18 Oktober 2022   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Erving Goffman merupakan pelopor dari adanya teori ini, ia juga termasuk bagian dari tokoh di mahzab interaksionisme simbolik. Erving lahir di Kanada seratus tahun silam, Erving mendapatkan gelar sarjana di Universitas Toronto dan gelar doktor nya dari Universitas Chicago. Dalam hidupnya, ia menghasilkan karya yang menjadi sumbangsih terbesar dalam teori sosial yaitu "The Presentation of Self in Everyday Life" yang menjelaskan konsep besar mengenai teori yang akan kita bahas sekarang yaitu Dramaturgi.

Erving menyoroti masalah yang berhubungan dengan interaksi yang melibatkan simbol-simbol seperti hal nya yang dijelaskan dalam teori interaksionisme simbolik. Ia memiliki keyakinan yang sama bahwa dalam interaksi seseorang sejatinya melibatkan simbol-simbol dan penafsiran.  Bukan hanya itu saja, Erving juga menyoroti Face to Face Interaction yang menjadi dasar pendekatan mikro sosiologi dalam menganalisis gejala-gejala sosiologis di masyarakat.

Kita masuk ke pembahasan utama, sebenarnya bagaimana pemikiran Erving mengenai Dramaturgi? Istilah dramaturgi sangat identik dengan pengaruh teater di atas panggung di mana seorang individu memainkan karakter di luar karakter aslinya, sehingga penonton mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.

Dalam dramaturgi terdapat dua konsep besar Front Stage dan Back Stage. Front stage atau panggung depan merupakan bagian pertunjukan dimana tempat seseorang memainkan perannya, dalam front stage ini dipisah menjadi dua bagian yaitu setting yang merupakan pemandangan fisik yang harus ada saat permainan peran dan front personal yang merupakan penampilan diri, expression equipment yang merupakan peralatan untuk mengekspresikan diri. Dalam hal expression equipment terbagi menjadi dua aspek yaitu appearance dan manner.

Sedangkan backstage merupakan tempat persiapan individu untuk menyiapkan perannya. Dalam backstage karakter asli aktor sangat mungkin terlihat karena dalam front stage seorang individu berharap mendapatkan citra positif dari penonton (masyarakat) sehingga ia tidak mungkin menampakkan sifat asli yang akan membuat citra positif nya hilang.

Tujuan seseorang mencitrakan dirinya di front stage semata mata hanya untuk mempresentasikan dirinya sesuai dengan peran yang dia inginkan dan ia tuju. Citra dalam front stage bisa berbentuk positif atau negatif tergantung kita yang ingin dikonstruksikan oleh masyarakat seperti apa. Semisal, seseorang menginginkan citranya di masyarakat bahwa ia adalah pribadi yang argon, dan di sisi lain ada orang yang ingin dikonstruksikan oleh masyarakat sebagai pribadi yang penyabar dan memiliki cinta kasih.

Setiap kali melakukan dramaturgi tentunya diikuti dengan tindakan sosial yaitu adanya motif dan tujuan yang disebut citra dalam dramaturgi. Dalam hakikatnya setiap individu pasti melakukan dramaturgi, namun hanya berbeda situasi, motif, dan manner saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline