Seiring berjalannya waktu, terjadi perkembangan dan perubahan dalam gaya hidup seseorang. Banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang, seiring bertambahnya usia manusia tersebut. Perubahan dalam hidup memerlukan kemampuan beradaptasi manusia yang efisien untuk tetap mempertahankan kualitas hidup positif. Keberhasilan manusia dalam beradaptasi dalam setiap jenjang kehidupan dapat memberikan sudut pandang yang positif terkait pengalaman hidup. Sudut pandang positif membantu dalam menjaga pikiran manusia agar tetap optimis, sehingga berpengaruh dalam peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup penting dilakukan bagi seorang lanjut usia, yang selanjutnya disebut sebagai lansia.
Lansia merupakan seseorang dengan usia diatas 65 tahun, dengan tiga kategori: young old (65-74 tahun), old-old (75-84 tahun), dan oldest old (diatas 85 tahun). Saat ini, di Indonesia sendiri, persentase jumlah lansia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 sebanyak 11,75%. Angka tersebut menunjukan peningkatan jumlah lansia dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2022 hanya 10,48%-- turun 0,34% dari tahun 2021 dan pada tahun 2023 kembali mengalami peningkatan. Peningkatan usia lansia tersebut menunjukkan bertambahnya usia non-produktif di Indonesia. Usia lansia disebut sebagai usia non produktif karena pada usia tersebut terjadi proses penuaan sehingga fungsi tubuh serta daya tahan tubuh lansia telah menurun.
Pada tahap perkembangan psikososial Erikson, lansia menjalani tugas perkembangan integrity vs despair. Jika lansia berhasil mempertahankan kualitas hidupnya sebagai kompensasi segala penurunan kemampuan tubuh, maka lansia tersebut berhasil menyelesaikan tugas perkembangan terakhir dalam tahapan kehidupannya, yaitu mencapai tahap integrity. Sutikno (2011) menjelaskan kondisi optimal dan fungsional lansia terletak pada kualitas hidup lansia.
Kehidupan berkualitas yang diperoleh lansia akan membantu lansia untuk menikmati masa tuanya dengan penuh makna, serta berguna bagi sesama. Meskipun begitu, tidak semua lansia berhasil memiliki kualitas hidup yang baik dalam kesehariannya (Sari & Yulianti, 2017). Selanjutnya, Doblhammer dan Scholz (2010) menyebutkan indikator berkualitasnya hidup lansia yaitu kesadarannya akan gaya hidup sehat. Dengan segala perubahan yang terjadi pada diri, lansia harus mampu beradaptasi menghadapi perubahan, fisik, ataupun perubahan psikologis dalam dirinya.
Kesadaran tersebut melibatkan alam sadar lansia terhadap apa yang terjadi di sekeliling nya, mulai kesadaran akan cara bernapas, kesadaran menggerakkan anggota tubuh, termasuk kesadaran sensasi dan persepsi yang diterima indra. Setiap jenis kesadaran diperlukan bagi lansia tersebut demi pencapaian kualitas hidup yang lebih baik telah dibahas dalam konsep mindfulness. Beberapa puluh tahun sebelumnya, telah dilakukan penelitian oleh Kabat-Zinn tahun 1982 tentang efektivitas mindfulness dalam mengurangi gejala sakit kronis, depresi, kecemasan, eating disorder, penyalahgunaan obat, dan terbukti efektif, termasuk pada subjek lansia.
Mindfulness merupakan salah satu konsep yang diperkenalkan oleh Jon Kabat-Zinn pada tahun 1979 untuk meredakan stress. Konsepnya mirip dengan meditasi yang dilakukan penganut agama Buddha. Mindfulness adalah terbukanya kesadaran dan perhatian terhadap kegiatan pada masa sekarang (Brown & Ryan, 2004). Baer (2010) menyebutkan bahwa mindfulness merupakan kesadaran akan pengalaman saat ini tanpa memikirkan masa lalu. Manusia yang sadar terhadap pengalamannya saat ini, serta menerima segala pengalamannya, disebut sebagai manusia yang mindfulness. Dengan adanya mindfulness, manusia dapat fokus pada tujuannya dan memahami bahwa terdapat kondisi yang harus dihadapi (Kabat Zinn, 2004; Harris, 2009, dalam Fourianalistyawati & Ratih, 2021). Mindfulness memberikan pemahaman kepada manusia bahwa terdapat situasi yang memang sudah menjadi takdirnya, sehingga tidak dapat diubah, baik situasi di masa lalu maupun di masa sekarang (Mace, 2008). Titik fokus manusia yang mindfulness terletak pada pengalaman masa kini yang dialami manusia tersebut secara personal, seperti nafas, sensasi tubuh, perasaan, dan pikiran. Dengan menyadari beberapa hal tersebut, manusia akan mencapai kesejahteraan psikologis yang diharapkan.
Pada lansia, pola berpikir yang mindfulness ini perlu dilatih dan diterapkan. Mindfulness memberikan lansia pemahaman bahwa berdamai dengan pengalaman pribadi di masa lalu itu penting untuk dilakukan, sehingga menerima merupakan cara terbaik. Sederhananya, mindfulness dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah bagi lansia untuk menerapkannya (Nazira, et al., 2020). Selanjutnya, penelitian Kabat-Zinn (1982) tentang mindfulness yang menyatakan aspek tersebut efektif mengurangi gejala penyakit fisik dan psikologis.
Lansia erat kaitannya dengan penyakit-penyakit, seperti istilah 'penyakit datangnya di hari tua'. Berdasarkan penelitian tersebut, maka untuk mengurangi gejala fisik atau psikologis yang dialami lansia akibat penyakit yang dideritanya, mindfulness dapat diterapkan, sekaligus untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pada lansia, mindfulness menjadi sebuah konsep sadar dan peningkatan fokus perhatian pada perubahan dalam dirinya, baik perubahan fisik, psikologis, atau emosi (Sari & Yulianti, 2017 ).
Kesadaran tinggi akan perubahan tersebut mengarahkan lansia kepada salah satu tahapan perkembangan psikologi yang disebut sebagai tahap integritas. Sederhananya, tahap integritas merupakan tahap terakhir dalam kehidupan ketika lansia menyadari perubahan dalam hidupnya dan menerima perubahan tersebut, bahwa dirinya tidak lagi seperti dulu, sehingga ia tidak perlu terlalu memikirkannya. Dalam sebuah penelitian, adanya mindfulness justru memberikan kualitas hidup lansia yang lebih baik, daripada lansia yang tidak menerima keadaan dan tidak mindfulness.
Alasan lainnya kenapa mindfulness sangat berpengaruh positif terhadap kualitas hidup lansia adalah adanya mindfulness dapat mengurangi sakit fisik yang dialami lansia, sehingga lansia memiliki pernapasan yang baik sekaligus kualitas tidur yang baik. Mindfulness yang meningkatkan kualitas hidup lansia dapat mensejahterakan psikologis lansia itu sendiri, karena lansia dapat mengatur pola pikirnya, meningkatnya motivasi untuk berhubungan sosial, dan tidak rentan mengalami stress.
Lansia yang mindfulness akan menerima segala perubahan dalam hidupnya dengan normal, baik perubahan fisik maupun psikis. Penelitian dari Munazilah dan Hasanat (2018), membuktikan keefektifan mindfulness dalam menurunkan kecemasan pada lansia penderita jantung koroner, dengan menyasar konsentrasi lansia agar tidak berfokus pada rasa sakit yang dialaminya.