Lihat ke Halaman Asli

Jihan Astriningtrias

Mahasiswa Jurnalistik

[Puisi] Serupa Echo dan Narcissus

Diperbarui: 21 Juli 2021   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tentang nimfa yang jatuh hati pada manusia.

Perasaannya murni, asli, pula direstui.
Jika saja manusia tak pongah seperti saat ia duduk di bangku kuasa,
atau di habitat sang nimfa, serta bertingkah seolah penguasa,
maka mereka mungkin berakhir Cinderella.

Sayangnya, manusia selalu angkuh.
Selalu minta dikutuk.

Dengan kuasa yang sungguh dimiliki-Nya, Dia jadikan cinta sebagai senjata.
Sebagai kutukan:
Manusia angkuh tadi menemui danau,
jatuh cinta luar biasa pada pantulan wajah rupawannya
di muka danau tadi.

Nimfa yang malang itu memang tak mendapati cinta yang ia mau
Ia tetap patah, bertekuk, remuk.
Hanya saja, manusia yang tiada habis mencintai dirinya sendiri itu,
akhirnya mati tenggelam dalam danau

Singkat cerita, keangkuhan memang seyogianya terkutuk.
Sangat.
Kecintaan itu membunuhnya, membebat napasnya

Bahkan Dia sesungguhnya dapat menjadikan cinta
yang nuansa nirwana
sebagai alasan dari sebuah kematian bagi keangkuhan

Begitulah, mungkin, yang dapat kita nantikan berwaktu-waktu kemudian

Sambil menyesap teh hangat, ayo menebak, kira-kira apa dan siapa lagi
yang perlu Dia buat mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline