Lihat ke Halaman Asli

Jihan Nada Aulia

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya

Mengukuhkan Roh Bulan Bahasa dan Sastra Era Pandemi

Diperbarui: 28 Oktober 2021   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: www.parselday.com

Oktober sangat identik dengan peringatan hari Sumpah Pemuda. Peringatan tersebut juga menjadi alasan ditetapkannya bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa dan Sastra yakni sejak dikumandangkan ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Jika mengacu pada butir ketiga yang berbunyi "Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia". Dapat dimaknai bahwa bahasa menunjukkan identitas suatu bangsa. Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia, menggambarkan bentuk tanggung jawab sebagai warga negara untuk menempatkan kedudukan bahasa Indonesia lebih tinggi dibandingkan bahasa lain. 

Pentingnya mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara, adalah untuk mempersatukan bangsa. Sebab, mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki keberagaman suku bangsa dan bahasa dari Sabang sampai Merauke. 

Berdasarkan data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 2021 mencatat sejumlah 718 bahasa di Indonesia. Sehingga, penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara menjadi mediator bagi keragaman suku dan bahasa di Indonesia.

Perkembangan Pelaksanaan Bulan Bahasa dan Sastra 

Pelaksanaan Bulan Bahasa dan Sastra sudah berlangsung lama sejak 1980 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, namun pada awalnya dikenal dengan nama Bulan Bahasa. Setelah sembilan tahun kemudian, namanya berganti menjadi Bulan Bahasa dan Sastra. Artinya, Bulan Bahasa dan Sastra tersebut telah berjalan selama 32 tahun. 

Akan tetapi, penyelenggaraan Bulan Bahasa dan Sastra yang tinggal menghitung hari, kini harus kembali datang menemui kita di tengah carut-marutnya pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Dengan begitu, Bulan Bahasa dan Sastra akan diselenggarakan secara daring. 

Lantas, bagaimanakah agar Bulan Bahasa dan Sastra dalam implementasi maknanya tetap kukuh meskipun di era pandemi saat ini? Terlebih lagi, bukan hal yang mudah untuk memupuk rasa cinta dan bangga terhadap bahasa Indonesia bagi generasi muda yang hidup di era digital ini. Padahal, Bulan Bahasa dan Sastra seharusnya menjadi momen yang tepat untuk mengembangkan keterampilan bahasa dan memperkaya pengetahuan terkait bahasa dan sastra. 

Mengukuhkan Bulan Bahasa dan Sastra 

Meskipun di tengah keterbatasan akibat pandemi, sepatutnya kita tetap menaruh perhatian begitu besar pada Bulan Bahasa dan Sastra, agar kekhasan dan keunikan tetap tampak di Tanah Air. Setiap instansi, dapat turut aktif menyelenggarakan berbagai perlombaan untuk meramaikan Bulan Bahasa dan Sastra. Rangkaian kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai ajang berapresiasi, berekspresi, sekaligus berkarya secara bebas. Dengan adanya kegiatan tersebut, juga dapat dijadikan sebagai ajang peningkatan kualitas berbahasa Indonesia.

Untuk terlibat aktif dalam peringatan Bulan Bahasa dan Sastra, tidak hanya dengan mengikuti berbagai perlombaan. Misalnya, dapat memanfaatkan kegiatan lain terkait bahasa dan sastra yakni melatih keterampilan berbahasa pada kehidupan sehari-hari. Beberapa kegiatan yang dapat kita lakukan guna mengukuhkan Bulan Bahasa dan Sastra di masa pandemi yaitu sebagai berikut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline