Lihat ke Halaman Asli

Jihan Fairuz Marufa

Mahasiswa Universitas Indonesia

Tantangan Multikultural dalam Praktik Keperawatan dan Upaya Meningkatkan Profesionalisme

Diperbarui: 22 Desember 2023   10:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Praktik keperawatan saat ini tidak dapat dilepaskan dari realitas keberagaman budaya yang semakin kompleks di seluruh dunia. Keberagaman ini mencangkup perbedaan dalam bahasa, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai kesehatan. Dalam lingkungan perawatan kesehatan yang semakin multikultural, perawat seringkali dihadapkan pada tantangan yang memerlukan pemahaman mendalam terhadap keberagaman ini. Tantangan multikultural dalam praktik keperawatan dapat mempengaruhi kualitas perawatan, efektivitas komunikasi, dan hubungan profesional antara perawat dan pasien. Nilai Profesionalisme didefinisikan sebagai standar tindakan yang menjadi dasar bagi perawat dalam memberikan asuhan dan mengevaluasinya. Menurut ANA (2015), nilai profesionalisme perawat yaitu, altruisme, otonomi, martabat manusia, integritas, dan keadilan sosial. 

Tantangan multikultural dalam praktik keperawatan dapat berupa perbedaan budaya dan nilai kesehatan yaitu pasien dari latar belakang budaya yang beragam dapat memiliki pandangan yang berbeda terhadap kesehatan dan penyakit, bahasa sebagai rintangan komunikasi yang dapat merugikan akurasi diagnosa dan merintangi penyampaian informasi penting, ketidaksetaraan dalam akses pelayanan kesehatan, serta stereotip dan prasangka terhadap kelompok etnis tertentu yang dapat merusak hubungan perawat-pasien, menghambat kepercayaan, dan mempengaruhi kualitas perawatan. Sebagai seorang perawat profesional, kita perlu mencari cara atau upaya untuk mengatasi tantangan tersebut. 

Terdapat beberapa upaya meningkatkan profesionalisme dalam praktik keperawatan multikultural. Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat berupa, pendidikan lanjutan dan pelatihan multikultural dapat meningkatkan pemahaman perawat terkait keberagaman budaya, membantu mereka menghadapi situasi kesehatan yang lebih kompleks. Perawat perlu mengasah keterampilan komunikasi mereka, termasuk penggunaan teknologi penerjemah, agar dapat berinteraksi secara efektif dengan pasien berbagai latar belakang budaya. Selain itu, perawat perlu menyelaraskan nilai-nilai kesehatan budaya dalam perencanaan perawatan agar dapat meningkatkan efektivitas intervensi perawat, serta perawat dapat menjadi agen perubahan dalam mendorong kebijakan yang memastikan kesetaraan akses pelayanan kesehatan untuk semua kelompok masyarakat. Terdapat pendidikan atau ilmu yang dapat dipelajari lebih lanjut oleh perawat dalam mengatasi hal tersebut yaitu keperawatan transkultural.

Keperawatan transkultural semakin penting, menekankan pentingnya memahami faktor budaya dalam memberikan pelayanan perawatan kesehatan. Implementasi teori perawatan kesehatan transkultural memerlukan kesadaran dan penghargaan terhadap keragaman budaya yang mempengaruhi pendekatan perawatan kesehatan. Seorang perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berbasis pada budaya, baik dalam konsep maupun praktik perawatan kesehatan. Berdasarkan Leininger (2002), keperawatan transkultural memfokuskan pada perbedaan dan kesamaan budaya, dengan menghargai nilai budaya, kepercayaan, dan tindakan. Teori ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan yang mempertimbangkan budaya atau keutuhan budaya seseorang. 

Berdasarkan penelitian oleh Leininger (2002), pelatihan keterampilan kultural dapat meningkatkan penerimaan perawat terhadap keanekaragaman budaya dan kemampuan mereka untuk memberikan perawatan yang lebih baik. Hal ini dibuktikan didalam studi yang dilakukan oleh Stone (2019), yang menyajikan data yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam kepuasan pasien setelah perawat mengikuti pelatihan keterampilan komunikasi lintas budaya. Studi ini mengukur dampak pelatihan melalui survei kepuasan pasien dan menemukan peningkatan yang konsisten dalam persepsi pasien terhadap perawatan yang disediakan oleh perawat yang lebih terlatih secara kultural. Secara garis besar, hal ini dapat diartikan bahwa pelatihan keterampilan kultural dapat dianggap sebagai strategi yang efektif dalam upaya meningkatkan profesionalisme keperawatan. 

Dari materi tersebut dapat disimpulkan bahwa tantangan multikultural dalam praktik keperawatan melibatkan perbedaan budaya, nilai kesehatan, bahasa, ketidaksetaraan akses, serta stereotip dan prasangka. Untuk mengatasi tantangan ini, perawat perlu meningkatkan profesionalisme dengan pendidikan lanjutan, pelatihan multikultural, dan pengembangan keterampilan komunikasi. Keperawatan transkultural menjadi pendekatan yang krusial, memerlukan kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan. Pelatihan keterampilan kultural, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Leininger dan Stone, membuktikan peningkatan penerimaan perawat terhadap keanekaragaman budaya dan meningkatkan kepuasan pasien. Dengan demikian, pelatihan keterampilan kultural menjadi strategi efektif dalam meningkatkan profesionalisme keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

American Nurses Association (ANA). (2015). Nursing: Scope and standards of practice. American Nurses Association.

Brascoup, S., & Waters, C. (2009). Cultural Safety: Exploring the Applicability of the Concept of Cultural Safety to Aboriginal Health and Community Wellness. International Journal of Indigenous Health, 5(2), 6-41.

Leininger, M. (1991). Culture Care Diversity and Universality: A Theory of Nursing. National League for Nursing Press.

Leininger, M. M. (2002). Culture care theory: A major contribution to advance transcultural nursing knowledge and practices. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 189-192.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline