Lihat ke Halaman Asli

Haramnya Lele Bagi ‘Kami’ (Bag. 1)

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengenang masa dua tahun yang lalu ketika menjadi mahasiswa baru di kota perantauan, Malang. Masih segar dalam ingatan saat pelaksanaan OPAK. Seperti ritual OPAK pada ummnya kami para mahasiswa baru ditugaskan untuk membawa barang ini itu dan jika ada yang lupa barang satupun atau tidak menuruti perkataan senior, maka apalagi yang didapat kalau bukan hukuman. Waktu itu, sebenanya ada satu hal yang sangat tidak bisa saya terima. Bukan karena saya diperlakukan tidak adil, atau dimarahi tanpa alasan, apalagi dapat kekerasan fisik. Diluar dari itu, kami ditugaskan untuk membawa sebungkus nasi dengan lauk LELE, dan parahnya kami harus memakannya!!!

Didorong, perasaan bimbang antara memakannya atau tidak. Pun tidak mungkin juga saya harus menjelaskan runtutan asbabun nuzul kenapa saya pantang makan lele, akhirnya saya mendapat ide untuk beralasan jika saya alergi lele. Saya beragumen bahwa sejahat-jahatnya senior, tidak mungkin mereka membahayakan mahasiswa baru dengan memakan makanan yang menibulkan efek alergi, walaupun saya belum pernah mendengar tentang seseorang alergi lele, tapi saya tidak pikir panjang kalaupun senior mengetahui saya hanya mencari alsan. Entah, waktu itu saya tidak peduli.

Waktu itu ada petugas yang khusus mengecek apakah mahasiswa baru menuruti perintah atau tidak. Salah satu petugas bertanya kenapa saya tidak makan, saya menjawab saya alergi, kemudian petugas tersebut hanya melalui saya. Kebetuan percakapan saya dengan petugas tersebut didengar oleh salah satu petugas lain dan dia langsung saja berkata, “Kamu orang Lamongan?’’. Seketika itu saya kaget, sekaligus senang karena akhirnya ada yang mengerti maksud saya. Mungkin bagi yang tidak mengeti, keengganan saya memakan lele merupakan hal konyol dan tabu, pun hasil rekayasa masa lalu yang memenaruhi kognitif. Disamping itu, banyak yang bertanya kenapa pantang makan lele. Awalnya saya juga tidak tahu sejarahnya, saya hanya tahu akibatnya jika bagi orang-orang yang pantang makan lele dan memakannya maka kulitnya akan belang berwarna putih, bahkan ada yang seluruh tubuhnya akan berwarna putih (Albino). Selang kejadian OPAK tersebut, saya mendapat cerita tentang asal mula pantangan memakan lele dari seorang sejarawan, khususnya di sebagian kecil wilayah Lamongan dan Gresik.

Kisah pantangan memakan lele ini ditulis dalam naskah Sindujoyo. Cerita berawal pada masa pemerintahan Sunan Giri. Waktu itu Sunan Giri sedang melakukan perjalanan ke suatu kota diluar Gresik. Menjelang subuh tiba, beliau berpikir untuk ke rumah salah satu penduduk sekitar guna menumpang melaksanakan shalat subuh dan beristirahat sebentar. Ditengah mencari rumah yang tepat, sunan giri tertegun ketika melihat salah satu rumah yang masih terang padahal hari sudah gelap, berbeda dengan rumah penduduk lain yang sudah gelap karena pemlik rumah sedang istirahat. Didorong rasa penasaran, sunan giri menuju rumah tersebut dan mengetuk pintu dengan salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline