Lihat ke Halaman Asli

Jihad Bagas

inconsistent Writer

Ekstase dari Istilah Pulang

Diperbarui: 20 April 2020   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pulang merupakan sebuah kata kerja. Kata kerja yang memiliki makna kembali. Kembali ke sebuah permulaan. Sebuah mula disini bisa diartikan sebagai asal muasal. Sebuah ruang dimana kita pernah eksis disana

Pulang juga bisa diartikan sebagai kembali ke sebuah tempat dimana kita pernah menetap dalam rentang waktu tertentu. Disini kita mencoba untuk mempersatukan kembali sebuah masa dimana dimensi ruang dan dimensi waktu bertemu kembali namun sudah dalam wujud yang berbeda.

Selama perjalanan pulang, kita mengarungi dimensi jarak yang memisahkan dan tak jarang juga kita merasakan ada dimensi waktu yang terjebak dalam ruang - ruang tertentu yang kini sudah dikemas menjadi kenangan yg secara tidak sasar terlintas mengisi ruang memori saat melintasi tempat - tempat tertentu

Kenangan baik atau buruk, suka atau duka, bahagia atau sedih semuanya bercampur aduk dan positifnya ini meremajakan pikiran kita yang secara tidak langsung terasah ketika mengingat itu. Dan respon natural dari kita setiap mengingat kejadian itu adalah senang atau sedih.

Kita tidak bisa mengubah kejadian di masa lalu. Dan kita juga tidak bisa memilih untuk hanya mengingat hal yang positif saja dari setiap kenangan yang melintas dipikiran. Semuanya melintas tanpa bisa kita kendali sadar di pikiran Tetapi, kita bisa mengatur cara diri kita untuk merespon segala hal yang terjadi di masa lalu.

Cara yang bijak untuk merespon segala sesuatu kejadian yang tiba - tiba muncul saat melintasi zona ruang dan waktu selama proses pulang adalah ikhlas. Ikhlas merelakan yang sudah terjadi dan percaya bahwa itu semua adalah proses dan skenario dari Yang Kuasa.

Setelah tiba pada tempat tujuan dari pulang, kita merefleksikan diri mengamati segala bentuk perubahan yang terjadi baik perubahan pada lingkungan, maupun perubahan dari diri sendiri. Kita merasakan sebuah ekstase dalam merespon hal apapun terhadap sekitar. 

Ini menjadi hal yang sangat positif terhadap kesehatan mental kita. Karena hal yang positif yang terjadi pada kita direspon dengan kebahagiaan jiwa. Rasa bahagia ini merupakan emosi terbaik yang bisa manusia rasakan yang kemudian diungkapkan dengan senyum, tertawa, menangis atau pun kepuasan mendalam.

Saat pulang, kita bisa mengkalibrasikan diri. Dalam istilah teknik, proses kalibrasi adalah proses pengenolan yang dilakukan pada alat ukur agar setiap pengukuran yang dilakukan memberikan hasil yang tepat atau valid. 

Jadi, yang dimaksud proses kalibrasi diri ini adalah menjernihkan jiwa dari segala toxic yang mempengaruhi diri kita dalam merespon sesuatu. Dengan kalutnya suasana kehidupan diperkotaan, itu bisa merubah cara kita berperilaku.

Ada kalanya kita begitu amarah dalam menanggapi hal yang tidak kita inginkan. Contoh, kemacetan di jalan sudah menjadi rutinitas yang wajib diperkotaan, namun kita menjadi begitu kesal dengan emosi yang meletup - letup karena terjebak dalam kemacetan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline