Lihat ke Halaman Asli

jufriadi Djunaid

Seorang penulis dari desa

KMP Bubar, Ancaman buat Jokowi

Diperbarui: 27 Januari 2016   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu yang paling menarik buat saya saat pengumuman hasil pemilihan presiden antara Jokowi dan Prabowo, adalah ketika kemenangan Jokowi berbeda sangat tipis dengan apa yang didapat oleh Prabowo. Kenyataan ini bersamaan dengan terbelahnya dua koalisi partai menjadi koalisi KMP versus KIH. KIH berdiri sebagai pemenang pemilu disatu sisi, sementara KMP sebagai kelompok oposisi. Terbentuknya dua kubu bagi saya sebagai rakyat biasa yang mencoba mengamati suasana poilitik saat itu, merasa bahwa ini akan menjadi sesuatu yang sangat bagus bagi bangsa ini yang sedang ingin keluar dari krisis moral, juga sangat bagus bagi Jokowi untuk bisa mengantarkan dirinya sebagai presiden dengan model baru, yang bukan hanya dikenal dengan visitingnya, namun juga terpenting menjadi presiden yang benar-benar bekerja keras untuk rakyat.

Keberadaan koalisi KMP sebenarnya menjadi berkah untuk Jokowi. Bukankah dengan adanya KMP, maka akan ada pasukan yang terus mengawasi sepak terjang sang presiden. Sadar ataupun tidak sadar, Jokowi akan sangat berhati-hati menjalankan pemerintahannya ketika ada yang mengawasi, terlebih ketika sang pengawas memiliki kekuatan penuh yang kapan saja dapat memberi teguran atas setiap salah dan hilaf. Inilah mengapa di awal pemerintahan jokowi, ia memperlihatkan kerja kerasnya, prestasi yang memihak pada rakyat.

Kini ketika KMP bubar, masihkah adakah kekuatan penuh yang dapat menegur sang Presiden secara seimbang? Saat KMP tak lagi eksis, tak ada lagi yang mengganggu kebijakan-kebijakan Jokowi. Jokowi akan begitu fleksibelnya menyusun strategi, perencanaan dan evaluasi pembangunannya untuk rakyat. Tapi sadarkah kita bahwa di saat itu Jokowi pun tak sendiri. Banyak kepentingan yang melingkarinya terutama para Tim Sukses yang telah berkontribusi terhadap kemenangan Jokowi, yang juga berkeinginan mendapatkan imbalan atas jerih payanya selama ini. Jika ini terjadi maka Jokowi bisa saja tergelincir, melakukan kesalahan kebijakan yang tak lagi pro rakyat.

Gerindra yang ditinggal sendiri oleh partai pendukungnya, berpeluang memperoleh berkah atas setiap kesalahan yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi. Sekiranya Jokowi benar-benar terlena   atas koalisi yang dibangunnya yang karena bergabungnya beberapa partai, seperti PAN dan Golkar, atau bahkan PKS, maka bisa jadi yang terjadi adalah bagi-bagi kekuasaan. Kekuasaan yang makin kuat membuat Jokowi menjadi uncontrolable, para menteri terutama dengan latar belakang partai bisa jadi akan bekerja bukan lagi untuk rakyat melainkan untuk partainya masing-masing.

Saat itu Prabowo akan memetik ketergelinciran Jokowi. Prabowo yang konsisten menggongong atas setiap kebijakan yang melenceng dari keberpihakan pada rakyat, akan panen dukungan pada pemilu 2019. Karenanya bagi Gerindra biarkan semua partai mengalihkankan dukungannya, tinggal sendiri, terus konsisten untuk rakyat, hingga akhirnya rakyat akan memilih siapa yang benar-benar bekerja untuk rakyat. Bisa jadi ia Jokowi yang tak terpengaruh oleh pragmatisme partai-partai pendukungnya, atau sebaliknya, bisa jadi ia adalah Prabowo yang mampu menunjukkan bahwa Jokowi tak lagi bisa memihak rakyatnya. Let’s see.

Pekanbaru Riau, 11 Januari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline