Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan akan potensi gempa megathrust yang tinggal menunggu waktu. Melalui cuitan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami di sosial media X, Daryono mengatakan bahwa ilmuwan Jepang dan ilmuan Indonesia sama khawatirnya perihal megathrust Nankai dan megathrust Selat Sunda serta Mentawai-Siberut.
"Kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap megathrust Nankai saat ini sama persis yang dirasakan & dialami oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap megathrust Selat Sunda dan megathrust Mentawai-Siberut, rilis gempa di dua segmen ini boleh dikata tinggal menunggu waktu, karna sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," ucap Daryono dalam cuitan sosial media X, Minggu (11/08/24).
Gempa megathrust sendiri merupakan zona pertemuan antar lempeng tektonik bumi yang berpotensi memicu gempa besar dan tsunami. Adapun kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa megathrush sudah mengeluarkan beberapa tanda berupa segmen-segmen yang sudah bergerak.
"Sebetulnya sudah terjadi beberapa kali, karena megathrust ini terdiri dari beberapa segmen, bukan suatu lengkungan yang utuh tapi keliatan kotak-kotak atau seakan-akan kotak-kotak, Itu merupakan segmen-segmen. Jadi bergeraknya tidak serempak, tapi bersegmen-segmen. nah, diantara beberapa segmen hampir semuanya sudah bergerak, kecuali dua segmen,yaitu segmen Siberut dan selat Sunda,"ucap Dwikorita saat diwawancara oleh Metro TV, Rabu (14/08/24).
Adapun sebagai bentuk mitigasi, BMKG akan terus mengidentifikasi megatrust Mentawai-Siberut dan megatrust Selat Sunda dengan bekerja sama berbagai pihak, salah satunya Konsorsium Gempabumi dan Tsunami Indonesia (KGTI). Selain itu, BMKG akan melakukan monitoring pada megathrust dan edukasi berupa pelatihan menyelamatkan diri.
"BMKG bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama ilmuwan gempa bumi, misalnya Konsorsium Gempabumi dan Tsunami Nasional di Indonesia, kami melakukan kajian bersama,"ucap Dwikorita.
"Secara sosial budaya, sudah disiapkan langkah-langkah untuk bagaimana masyarakat itu dilatih dengan menyiapkan jalur evakuasi, kemudian empat shelter evakuasi dilatih selama sekian menit itu harus bisa dicapai, kalau belum bisa, pemerintah daerah menyiapkan sarana prasananya,"tambah Dwikorita di akhir wawancara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H