Lihat ke Halaman Asli

Jidan Ar

sang pembelajar

Sudah Setahun "Bak Meja Perjudian" Najih Prasetyo Apresiasi Kiblat BUMN

Diperbarui: 28 Juni 2021   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serang (27/06) -- Sudah menjelang satu tahun setelah rilis diterbitkan media online republika.co.id perihal apresiasi kinerja Menteri BUMN, Erick Thohir, oleh pimpinan organisasi pemuda. Apresiasi yang dimaksud perihal upaya pemangkasan unit usaha non produktif sebagai langkah penting untuk Kesehatan finansial BUMN. Ketua Umum DPP IMM, Najih Prasetyo, menadakan bahwa pemangkasan tersebut sebagai upaya transformasi BUMN dan pelibatannya oleh anak muda.

"Transformasi BUMN dan pelibatan anak muda kompeten mesti dilaksanakan jika BUMN ingin maju layaknya BUMN Singapura" ucap Najih Prasetyo, Ketum DPP IMM yang senada dengan rekan seperjuangannya setelah setahun yang lalu pada rilis republika.co.id.

Kini sudah setahun dan ternyata tidak ada komentar tindak lanjut atas tanggapan pimpinan organisasi mahasiswa yang memberikan apresiasi terhadap Menteri BUMN, Erick Thohir. Hal tersebut seolah bagaikan melempar batu sembunyi tangan lantaran fakta yang terjadi hingga kini transformasi BUMN di Indonesia masih belum sehat atau kunjung membaik pasalnya transformasi bisnis yang digadang gadangkan Erick Thohir serta ikut diapresiasikan olehnya.

Menteri BUMN, Erick Tohir menyebut, bisnis model menjadi tantangan bagi manajemen korporasi di negara yang sedang krisis kesehatan dan ekonomi. Hal ini justru membawa perusahaan plat merah yang bertanggung jawab membawa arah ekonomi bangsa diambang hidup atau mati lantaran baru 50% atau rata-rata 40% perseroan plat merah yang bisa bersaing dengan perusahaan asing dan swasta sementara itu juga sekitar 60% perusahaan masih bergabung pada penugasan dan berada dalam comfort zone.

"Challenge terbesar hari ini justru bisnis model masing-masing BUMN ini, setelah pasca Covid-19 bisa hidup atau tidak," ujar Erick dikutip dalam laman Instagram @erickthohir, yang dirilis oleh ekbis.sindonews.com pada hari Sabtu, 26 Juni 2021.

"Kita harus berjujur diri, di bawa 50% sudah siap berkompetisi secara terbuka dengan asing dan swasta. 60% itu masih bergantung kepada penugasan ataupun masih dalam situasi comfort zone," sambung mantan bos Inter Milan itu.

Erick Thohir menilai perlu perubahan paradigma dewan direksi dan komisaris karena perusahaan yang dibawa musti bisa membuktikan kontribusinya dalam memberikan dividen sebesar-besarnya kepada negara konteks ini menunjukan bahwa baru adanya 10-12 perusahaan saja yang berkontribusi kepada negara. 

Semua itu perlu dilakukan lantaran negara membutuhkan pemasukan di luar pajak untuk merealisasikan program rakyat. kalau BUMN salah mengambil kebijakan salah satunya salah mengambil kebijakan kompetensi komisaris-direksi itu bisa membawa satu-satunya tulang punggung negara menuju ke pemakaman pasca pandemik.

"Karena negara membutuhkan pemasukan baru di luar pajak untuk merealisasikan program-program rakyat. Kalau BUMN ini roboh tidak ada tulang punggung lagi negara ini," kata dia yang dirilis pada media okezone.com.

Demisioner Ketua Umum BEM FEB Untirta 2020, Faris Nurul Yaqin memberikan padangan sekaligus merespon penyataan Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketua DPP IMM Najih Prasetyo dalam hal menanggapi penyataan-penyataan diatas. Prinsipnya BUMN harus konsisten dan Menteri BUMN Erick Thohir harus mengevaluasi kinerja direksi dan komisaris yang belum menunjukkan kemajuan perusahaannya. Selain itu menanggapi transformasi model bisnis layaknya BUMN Singapura.

"Oleh karena itu menteri BUMN diharapkan mampu konsisten terhadap kebijakan yang akan ia ambil selanjutnya dengan mengevaluasi kinerja direksi dan komisaris yang belum juga menunjukan kemajuan perusahaan yang mereka bawa atau kementerian BUMN musti meninjau ulang kebijakan transformasi bisnis model model tadi kearah yang lebih pasti, konsisten, dan berkesinambungan agar pertumbuhan ekonomi negara bergerak vertikal keatas." Tanggap Faris Nurul Yaqin, seorang aktivis asal Pandeglang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline