Lihat ke Halaman Asli

Jhosef Nanda

Mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata - Pegiat Permakultur di Alam Lejar Bhumi Immaculata - Pendidik di Wisma Remaja Bagimu Negeriku

Green Jobs: Solusi Menjanjikan di Tengah Menurunnya Jumlah Petani dan Tantangan Ketahanan Pangan

Diperbarui: 24 Juni 2024   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto : Oleh Penulis || Ilustrasi green jobs

Ditulis Oleh : Jhosef Nanda Putra - Alam Lejar Bhumi Immaculata || instagram.com/jhosefnanda

Dalam beberapa tahun belakangan, dunia menghadapi tantangan besar terkait ketahanan pangan. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap masalah ini adalah menurunnya jumlah petani. 

Di berbagai negara, termasuk Indonesia, semakin sedikit orang yang tertarik untuk bekerja di sektor pertanian. Litbang Kompas pernah melakukan riset pada akhir tahun 2023 yang memproyeksikan bahwa di tahun 2030, Indonesia akan kehilangan sejuta petani. 

Fenomena ini membawa dampak serius pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Di tengah situasi ini, pekerjaan terkait pelestarian lingkungan atau yang dikenal dengan "green jobs" muncul sebagai solusi menjanjikan. 

Green jobs tidak hanya memberikan peluang bisnis yang besar, tetapi juga membuka jalan bagi mereka yang ingin berkarir di bidang pemberdayaan melalui organisasi non-profit dan inisiatif lainnya.

Jumlah petani menurun, apa dampaknya ?

Bagi Indonesia, pertanian menjadi faktor penting bagi ketahanan pangan. Namun fenomena penurunan jumlah petani ini menjadi masalah yang serius. 

Berbagai faktor berkontribusi terhadap fenomena penurunan jumlah petani. Diantaranya adalah perpindahan masyarakat desa ke kota (urbanisasi), krisis iklim (kondisi iklim yang tidak menentu), ketidakstabilan harga pupuk (akibat kondisi geopolitik global) serta ketidakstabilan harga hasil pertanian di pasar. 

Sumber Foto : Oleh Penulis || Ilustrasi lahan persawahan

Generasi milenial dan generasi z tidak berminat pada bidang pertanian karena dianggap kurang menjanjikan dari sisi ekonomi. Ini terkait stigma terhadap kehidupan petani dan rantai distribusi hasil pertanian yang masih kacau di Indonesia.

Dampak dari penurunan jumlah petani ini sangat kompleks merasuki beragam bidang kehidupan masyarakat. Misalnya, ketahanan pangan jelas sangat terganggu karena produksi ragam pangan lokal tidak memenuhi jumlah populasi masyarakat. Padahal makin hari jumlah penduduk semakin banyak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline