Lihat ke Halaman Asli

Jhosef Nanda

Mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata - Pegiat Permakultur di Alam Lejar Bhumi Immaculata - Pendidik di Wisma Remaja Bagimu Negeriku

Katrol Nilai: Ketidakjujuran yang Dinormalisasi dalam Sistem Pendidikan Kita

Diperbarui: 25 Juni 2024   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pinterest/flickr.com | Ilustrasi Nilai Jelek

Bhumi Immaculate! - Cita-cita akan bumi yang bersih, rapi, tanpa noda

Ditulis Oleh : Jhosef Nanda Putra - Alam Lejar Bhumi Immaculata || instagram.com/jhosefnanda

Fenomena "katrol nilai" di sekolah bukanlah hal baru, tetapi belakangan ini menjadi semakin mencolok dan mengkhawatirkan. 

"Katrol nilai" mengacu pada praktik mengubah atau meningkatkan nilai siswa secara tidak wajar agar mereka memenuhi syarat untuk naik kelas atau lulus. 

Di balik praktik ini terdapat tekanan yang besar, baik dari pihak sekolah, orang tua, maupun kebijakan pendidikan yang menuntut agar semua siswa naik kelas. 

Namun, praktik ini menimbulkan berbagai masalah serius yang dapat merusak integritas pendidikan, kejujuran akademis, dan masa depan siswa itu sendiri. 

Tekanan untuk Naik Kelas: Di Mana Letak Masalahnya?

Dalam sistem pendidikan kita, ada tuntutan yang sangat kuat agar semua siswa naik kelas setiap tahun. Ini terlihat dari kebijakan pemerintah dan harapan orang tua yang menuntut keberhasilan akademis dalam bentuk kenaikan kelas. 

Tekanan ini sering kali membuat guru dan pihak sekolah melakukan berbagai cara untuk memastikan bahwa tidak ada siswa yang tinggal kelas, termasuk dengan cara "mengatrol" nilai siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau yang sekarang akrab disebut Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Apapun istilahnya, esensinya sama.

Proses belajar di sekolah tidak selalu berjalan mulus. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademis siswa, mulai dari masalah pribadi, lingkungan keluarga, metode pengajaran yang kurang efektif, hingga keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah.

Akibatnya, ada siswa yang kesulitan mencapai KKM di akhir semester atau kenaikan kelas. 

Namun, alih-alih memberikan solusi yang tepat, sering kali jalan pintas diambil dengan menaikkan nilai mereka agar terlihat memenuhi syarat.

Namun, alih-alih memberikan solusi yang bijak, sering kali jalan pintas diambil dengan menaikkan nilai mereka agar terlihat memenuhi syarat.

Bim Salabim: Nilai Siswa Tiba-Tiba Bagus 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline