Lihat ke Halaman Asli

Jhon Torr Lambene

Sepi bukanlah soal kesendirian tetapi tentang merasa sendiri..

Hand of God II

Diperbarui: 11 Juli 2023   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peluit akhir pertandingan perempat final Piala Dunia Meksiko 1986 antara Argentina melawan Inggris telah ditiup 37 tahun lalu namun pertandingan tersebut ternyata tak pernah selesai sampai sekarang. Ia terus saja hidup dalam benak para pecinta sepakbola meskipun sosok sentral yang menjadikan pertandingan itu kontroversial sekaligus spesial telah menghadap kepada Sang Maha Pencipta.  

Hand of God dan Goal of The Century seperti dua sisi benci dan cinta yang terus saling memantik nyala terang melintas jaman, menolak tenggelam dalam timbunan sejarah.

Argentina, Inggris dan Malvinas 

Empat tahun setelah Perang Malvinas, Piala Dunia Meksiko 1986 diselenggarakan. Perang antara Argentina melawan Inggris itu bermula dari klaim Argentina atas Pulau Malvinas berdasarkan kedekatan geografis dan budaya mengingat pulau tersebut adalah bekas wilayah Spanyol yang gagal dinasionalisasi pada tahun 1916. Namun Inggris yang menemukan Pulau Malvinas dan saat itu berkuasa atas pulau tersebut tentu saja tidak sependapat dengan Argentina dan ingin mempertahankan kekuasaannya.

Perang hanya berlangsung selama kurang lebih 2 bulan dengan kemenangan berada di pihak Inggris. Argentina secara resmi menyerah pada 14 Juni 1982. Perang singkat itu memberikan dampak yang besar bagi aspek sosial, ekonomi dan politik Argentina. 

Dalam jurnal Perang Malvinas: Suatu Pandangan setelah Delapan Tahun (2017) karya Dharmawan Ronodipuro disebutkan bahwa perang tersebut mengakibatkan memburuknya hubungan bilateral antara Argentina dan Inggris pada rentang tahun 1982-1989, Inflasi Argentina meningkat 200 persen dan semakin memperburuk krisis ekonomi serta Uuang luar negeri Argentina semakin membengkak untuk menutup biaya kerugian Perang.

Argentina yang menyerang dan Argentina pula yang akhirnya mengerang. Kekalahan itu tidak hanya melukai harga diri bangsa namun ternyata juga membahayakan kondisi negara. Luka itu belum sembuh tahun 1986 dan diakui atau tidak sedikit banyak menjadi api yang memanaskan pertemuan Argentina dan Inggris di Meksiko.
 
Maradona, VAR dan Dunia yang Tidak Adil

Maradona 1986 dapat dikatakan sudah menjadi pesepakbola dunia. Ia tercatat sebagai pemain Klub Italia Napoli setelah memecahkan rekor transfer sebesar 5 juta pound dari klub Spanyol Barcelona. Namanya sudah berkibar dan kemampuannya sudah terkenal. 

Kemampuan mengolah bola dan kepemimpinannya membuat Maradona dipercaya oleh pelatih Argentina Saat itu, Carlos Bilardo sebagai Kapten Tim meskipun usianya belum genap 26 tahun. Kepercayaan yang kemudian dibayar tunai oleh Maradona dengan piala.

Di Piala Dunia Meksiko 1986 inilah Maradona mencapai puncak kebesarannya. Seolah turnamen itu memang disediakan khusus untuk Maradona menapaki kaki langit hingga ke angkasa dan meletakkan namanya disana. Perannya dalam tim sangat dominan hingga kerapkali diibaratkan ia menggendong tim Argentina menuju tampuk juara.

Momen kebesaran yang kemudian membuatnya abadi hingga kini bukanlah penampilannya dipartai final melawan Jerman Barat tetapi justru di babak perempat final ketika melawan Inggris. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline