Lihat ke Halaman Asli

Jhon Torr Lambene

Sepi bukanlah soal kesendirian tetapi tentang merasa sendiri..

Kupu-kupu Kota

Diperbarui: 18 Maret 2022   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di Salemba pernah, saat lampu merah
seekor kupu-kupu hinggap di motorku
Sebenarnya inginku menganggapnya biasa
Tetapi tak berdaya dihantam oleh fakta
Berapa kali dalam hidupmu,
di tengah padatnya lalu lintas Kota Jakarta
tiba-tiba seekor kupu-kupu hinggap di motormu?
Berapa kali?
Sekali, dua kali, atau belum pernah?
Dan bagi yang pernah, mungkin itu akan jadi sekali-kalinya

Di antara wajah-wajah kaku yang menatap tajam ke depan
Di kelilingi banyak rangkaian plastik dan besi beroda di kanan-kiri
Ditingkahi rengutan tarikan gas dan sempritan polisi
Satu sosok kecil berayun-ayun di udara
mengepak sayap lalu perlahan turun di depanmu dan hinggap dekat tanganmu
Pegangan tanganku pada tarikan gas pun mengendur
Indah..

Aku tersenyum seraya merasakan kehidupan
Dan ketika ia kemudian terbang kembali,
Ku lihat kehidupan berayun menari-nari
Hilanglah lenggok motor-motor yang biasa berkelak-kelok
Tersapudah arogansi bis-bis yang membuat lebar jalanan habis
Tenggelam semua keriuhan jalanan kota
Di mataku cuma ada indahnya kepakan sayap kupu-kupu

Ah.. Ini jelas tak biasa.
Bukan, ini bukan kejadian biasa..
Lalu tiba-tiba di depanku membentang sebuah gerbang
Ku lihat ke dalam,
dan sebuah kota terpampang di depan mata
Ow.. Banyak kupu-kupu,
Jalanan kota itu banyak kupu-kupu!
Berwarna-warna dan berwarni-warni,
banyak sekali

Dan di sebuah lampu merah
Kulihat mobil-mobil berhenti
Orang-orang di dalamnya tampak riang menanti
Kupu-kupu hinggap di spion mobil mereka
Sebagian mengintip-ngintip dari balik kaca jendela
Di antara wajah-wajah yang tersenyum,
kulihat satu mobil keluarga dengan jendela terbuka
sementara orang-orang di dalamnya tertawa-tawa
Dan ketika aku semakin jelas melihatnya,
aku pun tertawa Banyak kupu-kupu yang masuk ke dalamnya
Ada dua gadis kecil tersenyum-senyum ceria
Sementara kedua orang tuanya tertawa
melihat kupu-kupu hinggap di rambut putri-putri kecil mereka

Ah.. Kota yang hidup..
Kota yang gembira..
Adalah kota yang mampu memproduksi banyak kupu-kupu Lalu
Bagaimana dengan kotaku? Bagaimana?
Tiiinnn..! Tiiinnn..!! Tiiiinnn..!!!

Bukan jawaban yang aku dapatkan
Tetapi salakan pangjang klakson yang dibunyikan
Ohh.. Ternyata lampu telah berwarna hijau
Tanda bagi kendaraan untuk melanjutkan perlombaan
Beberapa motor sudah menyalipku
Mobil yang mengklakson tadi, Sambil melewati, mengklaksonku sekali lagi

Ku lihat di depan, kendaraan saling berkejaran
Aku melaju pelan
Aku lihat gedung-gedung berjejeran
Tak jauh di depan ada pusat perbelanjaan
Ada yang kucari, bukan itu
Gedung dan pusat perbelanjaan tidak bisa menghasilkan kupu-kupu
Aku melirik ke kanan, baru ia kutemukan
Disitu aku melihat kupu-kupu,
di taman yang menjadi pembatas ruas jalan
Ada dua.. oh tiga.. tidak-tidak, ada lagi beberapa

Oh.. Jakarta, ternyata engkau masih memiliki harapan
Jadilah kota yang hidup,
jadilah kota yang gembira Hadirkan kehidupan,
munculkan kehangatan Perbanyaklah kupu-kupu kotamu!

J0215

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline