Lihat ke Halaman Asli

Jhon Rivel Purba

Peneliti BRIN

Tombouat, Kuliner yang Lezat dari Buol

Diperbarui: 10 Juli 2023   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tombouat (Dokumentasi pribadi)

Kabupaten Buol merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Sebagaimana dengan daerah lainnya, Buol juga memiliki berbagai macam makanan tradisional, yang kebanyakan terbuat dari sagu. Salah satu kuliner yang cukup dikenal di wilayah ini adalah tombouat. Dulu makanan ini biasanya tersaji usai pesta atau hajatan. Belakangan ini tombouat dikonsumsi oleh semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orangtua. Padahal dulunya anak-anak dilarang mengonsumsi tombouat. Orang tua mengatakan jika anak-anak atau anak gadis mengonsumsi tombouat, maka wajahnya bisa menjadi jelek. Mereka yang bisa menikmati tombouat hanyalah orangtua yang sudah memiliki pasangan.

Menurut beberapa informan, larangan mengonsumsi tombouat bagi anak-anak sengaja disampaikan agar tidak ada yang bisa mengganggu orangtua yang sedang makan karena pada saat itu tombouat menjadi makanan yang sangat diidam-idamkan. Dengan semakin menjamurnya penjual tombouat, kuliner ini dengan mudah didapatkan semua kalangan.

Bahan dasar tombouat adalah  sagu dan lemak (biasanya menggunakan lemak sapi atau lemak ayam). Selain sagu dan lemak, bumbu yang dibutuhkan untuk membuat tombouat terdiri dari cabai (rica), santan kelapa, bawang merah, bawang putih, jahe, garam, ketumbar, dan jintar.

Bahan-bahan pembuatan tombouat (Dokumentasi pribadi)

Adapun cara membuatnya yaitu:

  • Lemak dicuci hingga bersih, kemudian ditiriskan, dan dicincang atau dipotong kecil-kecil.
  • Selanjutnya rempah-rempah dihaluskan yang terdiri dari cabai (rica), bawang merah, bawang putih, dan jahe.
  • Rempah yang sudah dihaluskan dicampur dengan lemak dan sagu (bisa juga dicampur dengan santan), kemudian dibungkus menggunakan daun pisang berbentuk bulat panjang. Bungkusan direkatkan dengan menggunakan lidi yang dipotong kecil-kecil.

Bahan-bahan dicampur, diaduk, dan dibungkus dengan daun pisang (Dokumentasi pribadi)

  • Setelah dibungkus, tombouatnya dikukus sekitar 30 menit, sehingga sebelum dibakar pun tombouat sebenarnya sudah matang.
  • Setelah dikukus, tombouat kemudian dipanggang hingga matang.

Supaya bertahan lama, tombouat dikukus dan disimpan ke kulkas, sehingga bisa bertahan selama beberapa hari. Jika hendak dikonsumsi, maka dipanggang terlebih dulu. Tombouat bukanlah sebagai makanan pokok. Makanan ini lebih tepat dikatakan sebagai makanan sampingan.

Belakangan ini, pembuatan tombouat menjadi salah satu usaha ekonomi bagi beberapa keluarga. Tombouat diperjualbelikan sejak sekitar  2012. Penjualan makanan ini memiliki prospek yang menjanjikan karena tersedianya bahan baku, minat masyarakat yang tinggi, dan pemasaran yang mudah.

Ibu Rohani yang akrab disapa dengan Mama Oding, adalah pelopor pertama penjual tombouat di Buol yang memulai usahanya sejak April 2012. Dia memiliki sebuah warung kecil di Kelurahan Kali, Kecamatan Biau, Kabupaten Buol. Meskipun warungnya berukuran kecil, namun penghasilannya bisa dikatakan lumayan. Dia bisa menyekolahkan dua anaknya sekaligus di perguruan tinggi hanya dengan mengandalkan usaha ini.

Tombouat tidak hanya dibeli oleh penduduk Buol tetapi juga orang Buol yang berada di wilayah lain. Tombouat yang dibawa/dikirim ke luar daerah biasanya sudah terlebih dahulu dibungkus dan dikukus, kemudian dimasukkan ke dalam termos nasi agar bisa bertahan lama. Setelah sampai di tempat tujuan, tombouat tersebut bisa dimasukkan ke dalam kulkas. Jika hendak dikonsumsi, maka terlebih dahulu dipanggang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline