Era Industri 4.0 saat ini, segala sesuatu sudah berbasis digital dengan memanfaatkan fasilitas teknologi yang membuat semua kehidupan manusia semakin mudah. Begitu juga dengan pemerintah Indonesia, melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, tidak hanya sekedar membangun infrastruktur digital, tetapi juga mendorong ekosistem digital bagi masyarakatnya.
Upaya mendorong ekosistem digital ini merupakan sebagai bagian dari pemerataan pembangunan ekonomi juga agar daerah terluar, terdalam dan tertinggal bisa melakukan apa yang dilakukan oleh masyarakat di perkotaan pada umumnya.
Sejak 2015, BAKTI mengembangkan ekosistem digitalnya berupa pemberian gadget ke daerah perbatasan. Pemerintah mengembangkan dan membina berbagai start-up lokal yang bisa menjadi sarana para warga desa dan daerah untuk meningkatkan produksi, pengolahan dan penjualan komoditasnya. Pemerintah bahkan memberikan kredit 0%, bayangkan tanpa beban masyarakat dikembangkan oleh pemerintah.
Dalam menjalankan programnya, BAKTI memiliki 3 pilar lho, yaitu membangun ekosistem teknologi informasi komunikasi, menumbuhkan potensi ekonomi yang baru melalui kerjasama dengan berbagai pihak, dan monetisasi digital Badan Layanan Umum BAKTI sebagai potensi pendapatan negara melalui ekosistem digital memanfaatkan infrastruktur yang ada.
Dengan upaya berbasis digital ini, pertumbuhan dan pengembangan ekonomi tak lagi berporos di Jawa, tetapi di semua daerah, dimana saja. Kini, BAKTI sudah merampungkan Palapa Ring, tol komunikasi untuk seluruh daerah Indonesia, termasuk Indonesia Timur. Semua daerah sudah bisa terhubung dan terkoneksi secara digital. Kini, tinggal tugas para operator menyambungkan jaringan ke rumah-rumah penduduk sehingga ditargetkan pada 2020, rumah di daerah pelosok dan tertinggal sudah dijangkau oleh jaringan 4G. Tahun 2024, persoalan konektivitas seluruh daerah Indonesia dipastikan akan selesai, kini tinggal bagaimana mengembangkan SDM digital.
Sebagaimana target jangka panjang kita sebagai Ekonomi Raksasa pada tahun 2045, tentu kita harus menyiapkan talenta dan sumberdaya digital yang berkompeten. Potensi ekonomi digital di Indonesia dari tahun ketahun makin besar. Hasil riset berjudul E-Conomy SEA 2019 yang dilansir Google, Temasek dan, Bain & Company menaksir potensi ekonomi digital di Indonesia bakal menyentuh US$133 miliar atau Rp1.862 triliun di tahun 2025 mendatang.
Luas wilayah dan jumlah penduduk sekitar 265 juta jiwa merupakan potensi yang nyata. Selain itu pembangunan infrastruktur dan ekosistem ekonomi digital yang terus membaik dan membuat Indonesia menjadi negara yang pertumbuhan omzet ekonomi digital yang paling moncer di kawasan Asia Tenggara dengan raihan hingga 49 persen.
Aruna dan Ruangguru, Kini Nelayan dan Siswa Mengarungi Dunia
Salah satu start-up yang sukses membuat perubahan bagi masyarakat adalah Aruna, perusahaan rintisan (startup) dengan platform e-commerce untuk memasarkan produk perikanan dengan aplikasi mobile. Aruna.id yangbermitra lebih dengan 5.073 nelayan di 17 Provinsi Indonesia, pendanaan Aruna saat inimasih berasal dari para investor dalam negeri.
Tak hanya itu, Aruna juga membentuk komunitas anak muda lho yang berusia 20-30 tahun untuk membantu memasarkan hasil tangkapan nelayan. Kini, berkat Aruna, para nelayan naik kelas, tak hanya sekedar menjual ke daerah atau pulau lain, kini mereka bahkan sudah bisa mengekspor ke negara lain. Produknya paling banyak diekspor ke luar negeri dengan pasar utama seperti Malaysia, Singapura, China bahkan hingga ke AS. Produk yang dijual mulai dari lobster, udang, kepiting hingga ikan tuna.
Tapi jangan salah lho, nelayan yang menjadi mitra Aruna tak ada yang dari pulau Jawa, malah dari daerah 3T ( daerah tertinggal, terpencil dan terluar). Aruna menghubungkan mereka dengan teknologi informasi dan dapat mengakses pasar global. Sangat terbantu dengan adanya infrastruktur telekomunikasi seperti Palapa Ring.