Ada yang berbeda pada pertandingan Liga Spanyol Jornada ke -- 7 yang mempertemukan FC Barcelona dengan Las Palmas pada hari Minggu, 1 Oktober 2017. Barcelona bermain di kandang kebanggaannya sendiri, Camp Nou tetapi tidak satupun supporter atau penonton yang hadir di bangku stadion. Padahal, Camp Nou adalah salah satu stadion sepakbola dengan kapasitas terbesar di dunia, yakni mencapai 99.354 penonton.
Alhasil, pertandingan berlangsung sunyi senyap. Hanya suara para pemain dan instruksi para pelatih yang terdengar. Saya yang menonton lewat layar televise pun menjadi kurang selera menonton karena sepinya pertandingan. Saya nyaris tertidur saat menonton, terbangun dan hingga akhirnya menyerah kepada mata yang sudah tak mampu lagi menahan rasa kantuk.
Meski demikian, Barcelona tetap bermain dengan performa terbaiknya. Meski tanpa dukungan supporter secara langsung menonton di Camp Nou, Lionel Messi dkk mampu menghajar Las Palmas dengan skor 3-0 lewat gol Sergio Busquets (49'), disusul dua gol Lionel messi (70' dan 77'). Kemenangan ini semakin mengokohkan posisi Barcelona di puncak tangga klasemen sementara La Liga dengan perolehan 21 poin dengan rincian 7 kemenangan tanpa pernah kalah dan seri.
Posisi tersebut dipertegas dengan produktivitas yang tinggi dengan 23 gol memasukkan berbanding 2 gol kemasukan. Barcelona saat ini uggul 5 poin dari peringkat kedua, Sevilla dan ungguh jauh 7 poin dari rival abadi, Real Madrid yang duduk bercokol di posisi 5 klasemen sementara.
Kembali ke sepinya Camp Nou. Sebuah hal yang sangat jarang bagi tim sepakbola bermain tanpa dukungan penggemar dan penonton, terutama untuk tim sekelas Barcelona yang memiliki sejarah dan prestasi yang sangat prestisius di Spanyol, Eropa, dan dunia. Biasanya, sebuah pertandingan bisa jadi tanpa penonton sama sekali adalah karena sanksi yang diberikan oleh otoritas penyelenggara turnamen terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh pemain, supporter klub yang bersangkutan, hingga perbuatan yang melanggar regulasi turnamen.
Kecamuk Referendum Catalonia
Negara Spanyol sedang dihadapkan dengan situasi yang sangat dilematis saat ini. Adalah sebuah referendum yang didengungkan dan diinginkan oleh rakyat Spanyol yang tinggal di Catalonia agar memerdekakan diri sendiri dan bebas dari kekuasaan kerajaan Spanyol.
Dalam sejarahnya referendum memang sudah lama diinginkan oleh publik Catalonia. Catalonia merupakan wilayah independen semenanjung Liberia yang terletak di antara Spanyol dan Portugal, berbeda bahasa dan beda kebudayaan. Saat perang Suksesi Spanyol pimpinan Raja Philip IV berakhir dengan kekalahan Valencia pada tahun 1707, di Catalonia pada tahun 1714, dan kepulauan terakhir pada tahun 1715, kemudian menghasilkan kelahiran Spanyol modern.
Raja-raja selanjutnya mencoba memberlakukan bahasa dan undang-undang Spanyol di wilayah tersebut. Namun di Catalonia terus terjadi pemberontakan untuk memisahkan diri dari Spanyol. Puncaknya ketika pada 1938, ketika diktator Spanyol, Jenderal Francisco Franco membantai 3.500 milisi separatis Catalonia. Selama kepemimpinan Franco upaya pemisahan diri Catalonia bisa teredam.
Baru pada saat 1977 ketika demokrasi kembali ke negara tersebut, Catalonia diberi otonomi khusus yang lebih luas. Hal itu semakin membuat kelompok separatis leluasa mengkampanyekan kemerdekaan.
Pada Juli 2010 upaya kemerdekaan semakin bulat ketika Mahkamah Konstitusi di Madrid mengesampingkan sebagian dari undang-undang otonomi tahun 2006, yang menyatakan bahwa tidak ada dasar hukum untuk mengakui Catalonia sebagai sebuah negara di Spanyol.